"Rasanya seperti kita berada di tempat yang sama, bahkan jika kita berada di negara bagian yang berbeda atau terpisah ratusan mil,” katanya.
Facebook telah banyak berinvestasi dalam teknologi realitas virtual (VR), dengan menghabiskan $ 2 miliar (Rp 28 triliun) untuk mengakuisisi Oculus, yang mengembangkan produk VR-nya.
Baca Juga: Presiden AS Tuduh Media Sosial Membuat Warga Terbunuh Karena Covid-19
Pada tahun 2019, diluncurkan Facebook Horizon, sebuah lingkungan imersif khusus untuk undangan, di mana pengguna bisa berbaur dan mengobrol di ruang virtual dengan avatar kartun lewat headset Oculus VR.
Zuckerberg mengakui headset VR saat ini "sedikit kikuk" saat dipakai dan perlu ditingkatkan agar orang bisa bekerja di dalamnya sepanjang hari.
Namun dia berpendapat bahwa metaverse Facebook akan “dapat diakses di platform komputasi yang berbeda” termasuk VR, AR (augmented reality), PC, perangkat seluler, dan konsol game.
Asal-usul metaverse
Konsep metaverse populer di kalangan perusahaan teknologi yang meyakini bahwa hal itu bisa menjadi internet 3D baru, yang menghubungkan dunia digital dimana orang-orang berkumpul dalam realitas virtual.
Asal-usulnya berasal dari novel fiksi ilmiah Neal Stephenson tahun 1992, Snow Crash, di mana ia berfungsi sebagai penerus internet berbasis realitas virtual.
Perusahaan teknologi telah mencoba menerapkan elemen metaverse dalam game populer termasuk Animal Crossing, Fortnite, dan Roblox.
Hal itu termasuk aktifitas acara langsung seperti konser dan turnamen di mana jutaan pemain dapat berinteraksi dari seluruh dunia.
Baca Juga: Aplikasi Bawaan Apple dan Google Dominasi Smartphone, Facebook Kesal