Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

TikTok Perkenalkan Dewan Penasihat Keamanan Asia-Pasifik, Cegah Kebocoran Data?

Fahmi Bagas - Selasa, 22 September 2020 | 13:45
TikTok sukses mengalahkan Facebook dan Messenger
cnet.com

TikTok sukses mengalahkan Facebook dan Messenger

Nextren.com - TikTok merupakan salah satu media sosial berbasis video pendek yang namanya sudah mulai dapat disaingkan dengan lainnya.

Berdiri selama 3 tahun, aplikasi besutan ByteDance ini telah menjangkau sekitar 150 negara yang bisa merasakan TikTok.

Dengan jumlah tersebut juga membuat TikTok telah memiliki jumlah pengguna yang tidak sedikit.

Menurut laporan, TikTok mengklaim bahwa aplikasinya sudah digunakan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia.

Baca Juga: 3 Aplikasi Ini Akan Hadir Untuk Saingi TikTok, Lebih Bagus Mana?

Meski begitu, aplikasi asal Tiongkok ini sedang mengalami sebuah kendala yang salah satunya adalah isu kebocoran data dan keamanan negara.

Sejak awal bulan Agustus lalu, Presiden AS, Donald Trump sudah melakukan ancaman terhadap TikTok untuk segera menarik diri dari negaranya.

Ia beralasan bahwa TikTok merupakan aplikasi yang berbahaya dan dapat mengancaman keamanan.

Baca Juga: Akhirnya Trump Setujui Kerjasama Oracle dan TikTok, Asal Ada Syarat Ini

Namun nampaknya hal itu batal terjadi karena sebagian saham TikTok di Amerika akan dipegang oleh Oracle sebagai perusahaan berlinsensi AS.

Kondisi ini nampaknya sangat diperhatikan oleh TikTok agar tidak terjadi untuk yang kedua kalinya.

Maka dari itu, TikTok secara resmi memperkenalkan Dewan Penasihat Keamanan se-Asia Pasifik.

Dewan baru tersebut terdiri dari para ahli yang kompeten di bidang hukum dan kebijakan, serta akademisi dari beragam wilayah.

Baca Juga: TikTok Lakukan Pendekatan Dengan Pendiri Instagram Untuk Jadi CEO Baru

Tugasnya pun diketahui akan memberikan masukkan mengenai kebijakan moderasi konten, serta keamanan dan kenyamanan pengguna, khusunya di wilayah Asia Pasifik.

Selain itu, Dewan Penasihat Keamanan baru ini juga akan melakukan pertemuan di setiap kwartalnya.

Hal tersebut ditujukan oleh perusahaan untuk membahas dan mendiskusikan isu-isu utama, termasuk keamanan daring, keamanan anak, literasi digital, kesehatan mental, hak asasi manusia.

Pembicaraan mengenai isu-isu lainnya yang terjadi di wilayah Asia Pasifik pun akan dibawah oleh dewan tersebut.

Baca Juga: TikTok, WeChat dan Huawei Diblokir AS, China Balas Melarang Masuk Perusahaan Asing Tertentu

"TikTok telah mengambil langkah positif ke depan dalam meningkatkan kebijakan dan prosesnya dengan membentuk Dewan Penasihat Keamanan Asia Pasifik," ucap TikTok Director of Trsut and Safety Asia Pasific, Arjun Narayan.

Jika melihat dari struktur yang ada pada Dewan Penasihat Keamanan TikTok ini, anggotanya terdiri dari beberapa negara seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.

Indonesia pun menjadi salah satu negara yang bergabung dengan Dewan Penasihat Keamanan TikTok yang diwakilkan oleh Anita Wahid, selaku aktivis yang dikenal untuk menangani kasus hoaks di Indonesia.

Baca Juga: Cara Mudah Agar Bisa Viral dan Trending di TikTok, Auto Masuk FYP!

"Dengan membentuk Dewan Penasihat Keamanan independen ini, TikTok telah menunjukkan komitmen untuk menjadi platform yang aman bagi semua pengguna," tutur Anita Wahid, dikutip dari pernyataan tertulis.

TikTok berharap dengan adanya lembaga baru ini bisa meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap isu-isu yang krusial.

Seperti yang kita tahu, TikTok memang sempat dinilai telah melanggar privasi anak di Korea Selatan pada bulan Juli lalu.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke-3, TikTok Bocorkan 3 Faktor Sukses Perusahaan

Saat itu TikTok di sanksi sekitar Rp 2,2 miliar karena adanya temukan dari Korea Communicationss Commission (KCC) yang telah menginvestigasi TikTok sejak bulan Oktober 2019.

Data analisis menunjukkan setidaknya ada 6007 komponen data anak yang ditampung oleh TikTok sejak 31 Mei 2017 sampai 6 Desember 2019.

KCC juga menyebutkan kalau TikTok telah mengirimkan data penggunanya ke luar negeri secara diam-diam.

Data itu juga diklaim diberikan ke empat perusahaan cloud yang menjadi penyimpan datanya, seperti Alibaba Cloud, Fastly, Edgecast, dan Firebase.

(*)

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x