Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Cara Kerja Sistem Elektronik Motor MotoGP yang Dianggap Penyebab Marquez Jatuh

Wahyu Subyanto - Senin, 03 Agustus 2020 | 11:52
Dashboard canggih di motor motoGP
Cycleworld

Dashboard canggih di motor motoGP

Nextren.com - Peristiwa jatuhnya pembalap MotoGP Marc Marquez di Sirkuit Jerez, Minggu (19/7/2020), masih hangat dibicarakan.

Kecelakaan itu membuat Marquez patah tulang lengan kanan dan harus dioperasi.

Kini saat Marc Marquez masih menjalani pemulihan meski sudah mulai datang ke tempat balapan, banyak pihak menyalahkan terlalu besarnya peran teknologi dalam balapan MotoGP.

Ya, Marc Marquez mengalami kecelakaan karena dianggap terlalu percaya pada komponen elektronik yang menempel di motornya.

Baca Juga: Microsoft Hentikan Cortana di Beberapa Perangkat Android dan iOS

Marc Marquez gagal menyentuh garis finis karena kecelakaan hebat dalam race di Sirkuit Jerez tersebut.

Mantan duet Valentino Rossi di Yamaha (2003-2007), Colin Edwards, menilai bahwa kecelakaan yang dialami Marc Marquez pada seri perdana MotoGP 2020 bukanlah kesalahannya.

Menurut Colin Edwards, penyebab sesungguhnya dari cederanya Marc Marquez adalah karena dia terlalu percaya dan mengandalkan perangkat atau komponen elektronik di motornya.

Memang sesuai perkembangan teknologi, perangkat elektronik di MotoGP telah diatur makin jauh dan tak hanya soal traksi motor saja.

Baca Juga: Apa Itu Teknologi UFS dan Manfaatnya Untuk Smartphone, Simak Yuk!

Hasilnya, para pebalap sering lupa bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab mencegah kecelakaan besar terjadi.

Menurut Edwards, saat pembalap memiliki sistem pendukung otomatis, maka sebenarnya mereka menyandarkan hidupnya pada sistem elektronik itu.

Karena perangkat elektronik itu selalu melakukan hal yang sama setiap putaran, maka ketika sistem itu bermasalah maka tamatlah skill para pembalap itu.

Ya, motor MotoGP saat ini telah dibekali berbagai teknologi elektronik canggih, untuk mengontrol tenaganya yang sangat besar.

Bahkan semua motor MotoGP menjadikan sistem elektronik ini sebagai pondasi untuk mengoptimalkan kinerja mesin.

Baca Juga: Rekomendasi 5 Game di Android Buat Kamu yang Bosan Dengan Game Lama

Marc Marquez saat berlaga di GP Andalusia 2020 (HRC)
kompas.com

Marc Marquez saat berlaga di GP Andalusia 2020 (HRC)

Tak hanya mendongkrak kinerja mesin, perangkat elektronik ini juga memberi keamanan dengan cara mengendalikan tenaga besarnya.

Tenaga besar yang hanya disalurkan ke roda belakang itu, jika tak ada sistem elektronik maka pada gigi 2 atau gigi 3 saja ban belakang akan kehilangan kendali.

Untuk itu ada teknologi kontrol traksi yang punya tugas penting.

Bagaimana cara kerja kontrol traksi di motoGP?

Ternyata kontrol traksi bekerja dengan mengolah input data yang dikirim dari sensor kecepatan roda.

Baca Juga: YouTube Akan Hapus Kolom Komunitas Mulai September, Pengguna Kecewa

Dilansir Box Repsol, sistem elektronik otomatis akan bekerja memperbaiki jika roda belakang berputar lebih cepat daripada roda depan.

SOalnya jika tidak diatur, maka beda kecepatan roda depan dan belakang ini akan membahayakan handling motor.

Cara kerjanya, sistem kontrol traksi akan menyuruh ECU untuk memutus akselerator.

Ini bisa dilakukan berkat teknologi ride by wire, lewat hubungan listrik di akselerator dan katup throttle.

Cara lain untuk mengontrol traksi roda belakang adalah dengan mengatur timing pengapian silinder, bisa dengan mematikan percikan api di salah satu silinder.

Baca Juga: Jepang Akan Susul India dan Amerika Bakal Blokir Aplikasi TikTok

Bahkan sistem elektronik ini juga bisa menghitung sudut kemiringan motor dan posisi gigi motor, sebelum sistem otomatis membuat keputusan.

Semua data tersebut diatur dan diputuskan hanya dalam sepersekian detik dalam sebuah keputusan otomatis yang nyaris tidak terlihat.

Bagaimana penerapan teknologi ini saat di lapangan.

Misalnya saat pebalap menikung miring 60 derajat. Maka jika pebalap memutar gas terlalu dalam keluar dari tikungan, maka mesin akan mengirim data bahwa torsi mesin terlalu besar. Efeknya adalah roda belakang bisa slip.

Baca Juga: Airbus Sukses Uji Pesawat Naik dan Mendarat Otomatis Tanpa Peran Pilot

Naha saat itulah sensor kecepatan segera mengirim sinyal ke ECU bahwa roda belakang berputar terlalu cepat.

Software di motor akan membandingkan data tersebut dengan data yang sudah dimasukkan tim engineer.

Nah, setelah roda belakang dianggap berputar terlalu cepat sesuai data yang sudah dimasukkan, maka ECU akan memaksa mesin untuk menutup sebagian akselerator.

Hasilnya, torsi yang dikirim mesin ke transmisi sedikit dikurangi.

Berikutnya ketika setelah menikung pembalap beralih dari posisi miring ke tegak lalu gas pol, maka sistem elektronik menghitung bahwa hal itu tidak diperlukan lagi.

Baca Juga: Begini Cara Cek Hape Legal atau Tidak Melalui IMEI, Cobain Yuk!

Anti Roda Ngetril

Sering kita melihat ban depan motor pembalap terangkat saat ngebut, dan hal itu terjadi karena besarnya torsi mesin motor yang dipakai, dan biasa disebut wheelie.

Nah hal itu bisa dikurangi lewat sistem elektronik anti-wheelie system.

Sistem anti-wheelie ini bekerja dengan membandingkan kecepatan kedua roda saat berputar, dan mengetahui saat ban depan melambat.

Setelah itu lewat data dari sensor suspensi, ECU akan mendeteksi posisi roda depan terangkat atau tidak.

Baca Juga: Inilah Daftar Harga Langganan Netflix Terbaru Setelah Dikenakan Pajak

Sensor suspensi ini terletak di shock depan motor yang bisa menunjukkan posisi saat suspensi depan memanjang sepenuhnya, maka artinya roda depan sedang terangkat.

Nah anti-wheelie system bekerja dengan cara membatasi pembukaan akselerator, kalau perlu ditambah cara lain.

Kecanggihan teknologi seperti inilah yang dianggap mengurangi kepekaan pembalap saat ngebut di jalur lurus, menikung atau mengerem.

Berbeda dengan jaman dulu saat pembalap benar-benar mengandalkan kekuatan mesin motor, feeling, kepekaan pribadi dan kesehatan mentalnya.

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x