Follow Us

160 Perusahaan Boikot Iklan di Facebook, Nilai Perusahaan Turun Rp 1025 Triliun

None - Senin, 29 Juni 2020 | 19:17
Donald Trump berhasil gunakan Facebook untuk kampanye pilpres AS tahun 2016

Donald Trump berhasil gunakan Facebook untuk kampanye pilpres AS tahun 2016

Baca Juga: Inilah 8 Fitur di Google Meet yang Mirip Dengan Zoom, Benarkah Meniru?

Meski Starbucks dan CocaCola menghentikan sementara iklan di Facebook, mereka belum bergabung dengan kampanye boikot "Stop Hate for Profit" yang dimulai awal Juni. Kampanye itu diluncurkan oleh kelompok-kelompok advokasi, termasuk Anti-Defamation League, National Association for the Advancement of Coloured People, dan Colour of Change.

Gerakan tersebut menuntut Facebook dan bosnya, Mark Zuckerberg, untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat terhadap ujaran kebencian dan pelecehan.

Zuckerberg berkata, Facebook akan berbuat lebih banyak untuk menangani ujaran kebencian.

Dikatakannya, platform media sosial itu juga akan memperluas kebijakannya untuk lebih melindungi imigran, migran, pengungsi, dan pencari suaka dari iklan yang menunjukkan kedudukan mereka lebih rendah, atau yang menghina mereka.

Baca Juga: Amerika Dikabarkan Siap Akuisisi Ericsson Untuk Kalahkan Huawei

Kampanye "Stop Hate for Profit" muncul usai Facebook tidak menindak unggahan-unggahan Presiden AS Donald Trump terkait kematian George Floyd, yang memicu demonstrasi besar di banyak negara.

Twitter pada Mei menindak Trump dengan melabeli twitnya dengan "cek fakta" serta "glorifikasi kekerasan".

Namun di saat Twitter bergerak, Zuckerberg bergeming dan mengatakan kepada Fox News bahwa Facebook tidak berhak mengaturnya.

Akibatnya, dua pegawai senior Facebook mundur dan boikot iklan pun terjadi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "CocaCola dan Starbucks Ikut Boikot Iklan di Facebook, bersama 160 Perusahaan Lain" Penulis : Aditya Jaya Iswara

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

Latest