Nextren.com - Selam pandemi Covid-19, data pengguna beberapa platform dibocorkan oleh hacker dan dimasukan ke Dark Web.
Dark Web yang dikenal sebagai deep web atau sebagai tempat adanya aktivitas kriminal dan pasar ilegal.
Maka ada alasan di mana para hacker menjual data pengguna di Dark Web karena akses masuknya juga yang begitu sulit.
Data pengguna bisa dijual oleh hacker karena kecerobohan beberapa platfrom atau bisa jadi penggunanya sendiri yang ceroboh dalam menjaga keamanan akun mereka.
Baca Juga: Inilah ShinyHunters, Dalang Bocornya Data 73 Juta Pengguna ke Dark Web
Hal ceroboh yang digunakan oleh pengguna tak lain karena menggunakan password yang begitu mudah untuk ditebak.
Menurut Privacy Rights Clearinghouse di California sendiri sejak 2005 sudah tercatat 11,6 miliar pelanggaran bersifat malware dan phising.
Cara kerja pengambilan data pun dimulai dari hacker yang membeli basis data password curian dan mencoba di situs web lainnya.
Beenu Arora, CEO Cyble perusahaan keamanan siber yang berbasi di Atlanta mengatakan hacker juga menjalankan variasi kata sandi dengan kombinasi berbeda.
Baca Juga: Cara Aman Pakai Zoom Untuk Video Conference, Bayar 200 Ribu Sebulan
Bila password yang diujicobakannya berhasil digunakan di beberapa platform seperti Bank, password tersebut pun akan diperjualbelikan kembali ke Dark Web.
Bahkan, Bruce Schneier, pakar keamanan siber mengatakan banyak orang yang menggunakan password dan nama pengguna yang sama untuk Google atau Bank, sehingga jika tidak tertebak mungkin pengguna tersebut beruntung.