"Kami mencoba untuk mendorong orang untuk memikirkan kembali perilaku mereka dan memikirkan kembali bahasa mereka sebelum memposting, karena mereka sering berada di tengah kehebohan saat ini dan mereka mungkin mengatakan sesuatu yang akan mereka sesali," jelas Sunita Saligram, selaku Twitter global head of site policy for trust and safety.
Baca Juga: Hari Buruh 2020 Tetap Diperingati Namun Dengan Cara Virtual di Twitter
Seperti yang diterapkan pada platform sosial media lainnya, Twitter juga melarang pengguna untuk menargetkan pengguna lain dengan cercaan, ras rasis atau seksis, atau konten yang merendahkan.
Data dari tahun lalu di bulan Januari sampai Juni, tercatat jumlah pengguna yang menyalahgunakan kebijakan dan ajakan kebencian.
Total yang menyalahgunakan dan sudah mendapat peringatan dari Twitter sekitar 396.000 pengguna dan 584.000 pengguna lebih melanggar kebijakan ujaran kebencian.
Baca Juga: Cara Menghapus Mention Dari Orang yang Tidak Diinginkan di Twitter
Data tersebut bersumber dari laporan transparansi Twitter.
Dengan sistem Twitter yang baru ini mungkin bisa membuat para penggunanya bisa lebih baik dalam memilih bahasa ketika berpendapat.
Karena Twitter sudah menjadi tempat bagi pengguna Indonesia sendiri berbagi cerita walaupun berbeda jarak.
(*)