Follow Us

Garuda Punya 142 Pesawat dan Aset USD 4,5 miliar, Tapi Kalah Besar dari GoJek yang Tak Punya Motor

None - Rabu, 14 Agustus 2019 | 20:45
Ilustrasi layanan Gojek
dok.Tribunjabar.id

Ilustrasi layanan Gojek

Meski tak bisa dicatat dengan metode akuntansi, aset ini justru memang digunakan pada bisnis dalam era digital.

"Hal inilah yang menyebabkan teori bisnis lama menjadi usang dan model bisnis tak lagi relevan di era digital," kata Rhenald.

Network effect Selain itu, Gojek dinilai lebih tinggi karena memiliki nilai network effect yang lebih besar ketimbang perusahaan konvensional yang berdiri sendiri (stand alone).

Baca Juga: Inilah Pemegang Saham Gojek Setelah Sukses Transformasi Jadi Unicorn

Akademisi dan praktisi Bisnis Rhenald Kasali dalam konferensi pers peluncuran buku #MO di Jatiwarna, Bekasi, Selasa (13/8/2019).
(KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA)

Akademisi dan praktisi Bisnis Rhenald Kasali dalam konferensi pers peluncuran buku #MO di Jatiwarna, Bekasi, Selasa (13/8/2019).

Network effect itu bisa dilihat pada jejaring super apps-nya yang menyatukan ekosistem pemilik warung, pengemudi, restoran, dan sebagainya.

"Memang benar, platform tidak untung dan bakar duit terus. Ada yang menuding valuasinya manipulatif."

"Pokoknya platform ini dihadang terus sama perusahaan yang stand alone."

"Tapi mereka (platform) efeknya banyak, melibatkan UKM, membuka lapangan kerja. Lihat berapa banyak yang terbantu," ucap Rhenald.

"Ini yang dibilang Presiden Joko Widodo, gunakan cara-cara baru dalam berbisnis," katanya.

Baca Juga: SoftBank Suntik Rp 42 Triliun untuk Grab, Siap Bersaing dengan GoJek

Luncurkan buku Kemarin, Rhenald Kasali kembali meluncurkan buku terbaru dalam seri disrupsi berjudul Seri on Disruption #MO, Sebuah Dunia Baru yang Membuat Orang Gagal Paham.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya

Latest