Universal Pictures menarik film Steve Jobs dari 2.000 bioskop. Biopik teranyar tentang pendiri Apple itu rupanya tak laku di pasaran.
Sejauh ini, film tersebut hanya meraup pendapatan 16,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 226 miliar. Padahal, biaya produksi film ini telah menghabiskan dana 30 juta dollar AS atau setara Rp 407 miliar, sebagaimana dilaporkan Digitaltrends dan dihimpun Nextren, Kamis (12/11/2015).
Hal ini bisa dibilang ironis. Pasalnya, Steve Jobs digadang-gadang bakal masuk nominasi Oscar. Resensi film garapan Danny Boyle dan Aaron Sorkin tersebut juga bernada positif.
Bahkan, mitra Jobs yang sama-sama mendirikan Apple, Steve Wozniak, sempat memuji Steve Jobs. "Saya merasa seperti benar-benar menonton Steve Jobs dan semua yang berada di sekitar dia," kata Wozniak.Sangat idealis
Lalu, apa gerangan di balik minimnya minat pasar terhadap Steve Jobs?
Menurut Senior Media Analyst dari firma penelitian Rentrak, Paul Dergarabedian, Steve Jobs dibuat sangat idealis dengan cita rasa seni berkualitas tinggi sebagai sebuah film biopik.
Namun, penggodoknya luput memikirkan bahwa penonton mainstream belum tentu bisa menerima cara penyampaian film yang demikian. Tak heran jika biopik pertama Jobs berjudul Jobs yang dirilis 2013 mendapat antusiasme pasar yang tak jauh beda dengan Steve Jobs.
Padahal, Jobs menuai kritik dari para pengamat film dan orang-orang di sekitar Jobs. Sementara itu, Steve Jobs dibuat dengan melewati proses penggarapan yang lebih matang. Puji-pujian dari para kritikus pun membanjirinya.
"Sering kali, film berkualitas dengan intelektualitas tinggi seperti Steve Jobs sulit mendapat penerimaan dari pasar mayoritas,"' kata Dergarabedian.
Walaupun begitu, Dergarabedian masih optimistis Steve Jobs mampu masuk dalam jajaran nominasi Oscar. "Film Steve Jobs sangat bagus. Performanya di box office seharusnya tak berpengaruh pada potensinya di Oscar," kata dia.
Meski demikian, belajar dari yang sudah-sudah, film-film yang tak mendapat perhatian massa kerap luput pula dari pikiran panitia Oscar.