Follow Us

Ketika Sesumbar Steve Jobs Bertumbangan

Palupi Annisa Auliani - Jumat, 11 September 2015 | 20:17
Ilustrasi penggunaan Pencil dari Apple untuk menggambar di tablet iPad. Pencil adalah stylus yang diluncurkan Apple pada Rabu (9/9/2015). Gambar diambil dari situs Apple pada Jumat (11/9/2015).
www.apple.com

Ilustrasi penggunaan Pencil dari Apple untuk menggambar di tablet iPad. Pencil adalah stylus yang diluncurkan Apple pada Rabu (9/9/2015). Gambar diambil dari situs Apple pada Jumat (11/9/2015).


Steve Jobs bisa jadi adalah salah satu manusia paling keras kepala yang pernah dilahirkan di bumi. Tak ada yang akan terlalu ngotot menyangkal bahwa ide Jobs memang mengguncang dunia, dengan iPhone sebagai puncak momentumnya. Namun, bukan berarti semua sesumbar Jobs yang kerap memerahkan telinga -bahkan juga muka kompetitor- tak lantas bertumbangan satu per satu. Kehadiran Pencil yang diluncurkan Apple pada Rabu (9/9/2015), adalah salah satu contoh terbaru dari sesumbar Jobs yang tumbang. Stylus untuk iPad Pro ini mendapat sambutan antusias para seniman dan pekerja grafis, sekaligus mengundang gema tawa “tahu sama tahu”. "Siapa yang mau stylus? Anda harus mengambilnya, menaruhnya lagi, lalu dia hilang. Yuck! Tak ada yang mau stylus. Jadi marilah kita tak pakai stylus," adalah kata-kata fenomenal Jobs saat meluncurkan iPhone pada 2007.Belum cukup, Jobs menambahkan, “Tuhan memberikan kita 10 stylus (maksudnya jari tangan). Jadi kita tak usah membikin lagi," seperti yang bisa kita simak dari tebaran video di jagat maya maupun tertulis di biografi yang ditulis Walter Isaacson. Memang, kata-kata Jobs ini merujuk pada telepon genggam yang diluncurkan di tengah puncak pamor perangkat semacam personal digital assistant (PDA) dengan bekal stylus-nya. Ketika itu dia terkesan begitu benci dengan stylus.Sesumbar berguguranToh, Apple akhirnya membuat stylus juga. "Pensil” ala Apple ini hadir di era tablet dan digitalisasi di segala lini, termasuk untuk urusan menggambar. Dibanderol 99 dollar AS (Rp 1,4 juta) di negara asalnya, pensil mahal ini akan bisa membuat para seniman grafis benar-benar bekerja penuh secara digital dan mobile. Menggunakan peranti ini diklaim tak beda rasanya dengan menggambar di atas kertas menggunakan pensil. Pegang Pencil tegak lurus, garis tipis akan didapat, sementara miringkan posisi Pencil untuk mendapatkan goresan yang lebih tebal. Selama ini, produk-produk digital untuk kebutuhan menggambar selalu punya catatan. Meski para pengguna iPad puas dengan kualitas grafis dan gambar tablet ini, tetapi mereka perlu peranti stylus pihak ketiga untuk membuat grafis dan gambar tangan. Interaksi antara goresan peranti itu dan iPad pun tak responsif, tebal-tipis goresan yang dihasilkan juga tak seperti memakai pensil di atas kertas. Produk lain yang diakui kualitasnya untuk menggambar laiknya menggunakan pensil dan kertas memang ada. Namun, lagi-lagi punya catatan. Peranti digital terbagus yang bisa menggantikan kertas dan pensil, tak bisa ditenteng kemana-mana karena tebal dan berat, meskipun sudah masuk kategori tablet. Maka, ketika Apple akhirnya meluncurkan produk iPad Pro dengan Pencil, persoalan para seniman dan dunia digital ini mendapatkan jawaban. "Tidak ada gangguan atau jeda waktu respons (latency) saat menggambar. Pencil mengikuti gerakan Anda," kata David Macy, seniman di Adobe yang menguji pasangan iPad-Pencil sebelum peluncuran kedua perangkat. "Ini benar-benar terasa hebat, dan saya perkirakan seniman akan menyukainya," ujar dia seperti dikutip CNNMoney. Fakta soal Pencil bisa jadi adalah penyelamat muka Jobs. Meski sesumbar Jobs sudah mulai berguguran hanya dalam waktu satu tahun sejak dia meninggal, soal keparipurnaan dan kualitas yang menjadi sisi paling kuat kekeraskepalaanya tak hilang dari produk-produk Apple. Sebut saja soal layar lebar untuk iPhone atau sebaliknya iPad versi mungil. Hampir empat tahun sejak Jobs mangkat, iPhone masih menjadi andalan pendapatan Apple, walau memakai ukuran yang dulu pernah dicela-cela Jobs. Lelaki ini dulu menyebut produk Galaxy S dari Samsung yang dulu mengawali revolusi layar lebar sebagai “hummers” (mobil jip berukuran besar). Menurut Jobs, konsumen tak akan mau membeli ponsel berukuran besar yang tidak bisa digenggam seluruhnya dengan satu tangan.Bergema dari kuburApa mau dikata, sesumbar Steve Jobs ditumbangkan Apple, perusahaan yang dia bangun sendiri. Jobs mangkat pada 5 Oktober 2011, dan setahun kemudian iPhone 5 diperkenalkan ke pasar. Sejak itu, layar iPhone tak pernah kembali lagi ke ukuran 3,5 inci yang terakhir dipakai di iPhone 4s, karya terakhir Jobs di lini smartphone Apple. Soal dimensi layar ada dalam daftar pantangan yang diungkap Jobs dengan blak-blakan di muka publik, selain soal stylus. Tentu saja, meledek habis-habisan kompetitornya, Microsoft Windows dan Bill Gates dengan produk personal computer (PC), adalah sesumbar dia yang lain. Khusus untuk Microsoft, Jobs bahkan memakai kata-kata provokatif “langkahi dulu mayatku” segala, ketika berbicara soal kemungkinan pengguna Windows memakai iPod dulu.Tentu saja, sampai sekarang Jobs tetap tak bangkit dari kubur, meski wasiatnya satu per satu dilangkahi Apple. Lagi pula, menyimak kisah hidup Jobs, karya-karya besar lelaki kelahiran 24 Februari 1955 ini memang bukan pionir untuk segala teknologi yang pada hari-hari terakhirnya melambungkan Apple sebagai perusahaan teknologi termahal di dunia. Walaupun demikian, Jobs juga yang jauh-jauh hari sudah “meramalkan” kehadiran perangkat komputer dan jejaringnya di hampir setiap rumah. Dia menganalogikan “ramalan” pada 1985 itu dengan era hadirnya teknologi telepon. Pun, Jobs pula yang menganalogikan teknologi komunikasi dengan truk, mobil, bahkan sepeda motor, untuk membaca tren peranti mobile di masa depan. Bahkan dari liang lahad, nama Jobs masih bergema, apa pun nuansanya.

Editor : Nextren

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest