Ngerinya Efek Perang Nuklir Rusia dan AS: Bisa Menewaskan Lebih dari 5 Miliar Manusia

Kamis, 18 Agustus 2022 | 21:52
Thinkstock

Ledakan bom nuklir.

Nextren.com - Kondisi dunia kini memang sangat tegang dan berpotensi terjadi perang nuklir, kombinasi dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, perang Rusia Ukraina, krisis pangan dan melonjaknya harga minyak dan gas.Masih kerasnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina, serta China dan Taiwan, memunculkan resiko terjadinya perang nuklir.Menurut perhitungan, ada miliaran manusia yang bisa menjadi korban jika terjadi perang nuklir. Hal itu tentu bisa menjadi bencana besar bagi mereka yang berada langsung dalam jalur pertempuran nuklir.Sebuah studi baru yang dilansir CBS News, menunjukkan betapa mematikannya akibat perang nuklir semacam itu.

Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina di Pembangkit Nuklir Bakal Munculkan Bencana Dunia Jika Tak DitengahiMenurut penelitian yang terbit di Nature Food pada hari Senin (15/8/2022), sebuah ledakan nuklir akan menyebabkan kelaparan di seluruh dunia. Penyebabnya, ledakan nuklir akan menimbulkan sejumlah besar jelaga yang menghalangi sinar matahari, serta mengganggu sistem iklim dan membatasi produksi makanan.Hal itu akan menjadi bencana global untuk ketahanan pangan.Bahkan sebuah konflik nuklir dengan skala yang relatif kecil, seperti antara India dan Pakistan, tetap akan berdampak menghancurkan. Studi tersebut juga menemukan, bahwa perang nuklir yang terjadi selama seminggu yang melibatkan sekitar 100 senjata dan pelepasan 5 Tg jelaga (sekitar 5 juta ton), secara langsung akan membunuh 27 juta orang. Lebih lanjut menurut studi tersebut, setelah dua tahun terjadi perang nuklir, maka perdagangan internasional terhenti dan terjadi penurunan suhu 1,5 derajat Celcius, sehingga timbul kelaparan yang akan membunuh 255 juta orang. Itu pun dengan asumsi bahwa sisa populasi manusia masih bisa mendapat makanan minimum yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, yaitu sekitar 1.999 kalori per kapita per hari.Skenario terbesar yang diteliti, jika perang terjadi selama seminggu yang melibatkan 4.400 senjata dan 150 juta ton jelaga – jika terjadi perang nuklir antara AS, sekutunya dan Rusia – maka akan menewaskan 360 juta orang secara langsung. Kondisi buruk akan berlanjut, karena ada lebih dari 5 miliar manusia yang akan meninggal karena kelaparan. Kepadatan jelaga yang menutupi langit tersebut akan mengurangi suhu global lebih dari 14.4 derajat Celcius."Adapun jumlah injeksi jelaga ke stratosfer dari penggunaan senjata nuklir yang lebih sedikit, akan memiliki dampak global yang lebih kecil," kata para peneliti di artikel mereka. Kabar buruknya, tim peneliti menambahkan bahwa begitu perang nuklir dimulai, maka mungkin sangat sulit untuk membatasi makin meluasnya perang.Para peneliti menggunakan model simulasi iklim, tanaman dan perikanan, dan menemukan bahwa dampak perubahan iklim karena jelaga dari perang nuklir akan memuncak dalam beberapa tahun pertama dan terus berlangsung selama sekitar 10 tahun.

Baca Juga: Teknologi Nuklir Iran Nekat Dikembangkan, Menhan Israel Beri Ancaman Keras!

Military Review
Military Review

Ilustrasi torpedo nuklir bawah air 'Poseidon'

Dalam skenario terburuk, saat 150 juta ton jelaga dilepaskan, maka produksi kalori rata-rata tanaman secara global akan menurun sekitar 90% hanya dalam 3 - 4 tahun setelah perang nuklir.Perubahan produksi tanaman itu akan menyebabkan gangguan besar pada pasar pangan global. Lili Xia, penulis utama yang seorang ilmuwan iklim di Universitas Rutgers, mengatakan kepada Nature bahwa situasinya akan "sangat buruk.""Sebagian besar orang akan kelaparan," katanya.Temuan tersebut sebagai hasil dari melihat berbagai skenario jika terjadi perang nuklir. Para ilmuwan juga mempertimbangkan, apakah orang akan terus memelihara hewan atau hanya menggunakan sisa-sisa tanaman untuk memberi makan manusia. Mereka juga berasumsi bahwa orang akan menggunakan kembali tanaman bahan bakar nabati untuk konsumsi manusia. Tanaman bahan bakar nabati ini misalnya bunga matahari, kelapa sawit, kelapa, kedelai, dan lainnya.Selain itu, limbah makanan akan terbatas dan perdagangan pangan global akan terhenti, karena negara-negara mencoba menyelamatkan milik mereka sendiri.Tetapi tidak semua negara di dunia akan menghadapi nasib yang sama, di bawah skenario yang dipelajari tersebut. Di bawah situasi perang nuklir terkecil yang dipelajari, para peneliti menemukan bahwa Timur Tengah, sebagian Amerika Tengah dan sebagian Asia, akan mengalami kekurangan makanan hingga kelaparan. Sementara sebagian besar belahan dunia lainnya akan terus memiliki asupan makanan yang normal.Dalam situasi paling ekstrem yang dipelajari, setiap negaraakan mengalami bencana kelaparan, kecuali Australia, Argentina, Uruguay, Oman, Brasil, Paraguay, dan beberapa negara lainnya.

Baca Juga: Rusia Pamer Torpedo Nuklir 'Poseidon': Bisa Picu Tsunami 500 Meter Hingga Radiasi Mematikan"Saat pertama kali saya menunjukkan peta kepada putra saya, maka reaksi pertama yang dia katakan adalah, 'ayo pindah ke Australia,'" kata Xia.Awal tahun ini, CBS News melakukan penelitian dan menemukan bahwa 70% orang dewasa khawatir bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat memicu konflik nuklir. Temuan itu muncul setelah menteri luar negeri Rusia mengatakan risiko konflik nuklir "tidak boleh diremehkan."Mengutip Los Angeles Times baru-baru ini, Penasihat Keamanan Nasional Inggris Stephen Lovegrove berpendapat bahwa gangguan dialog antar negara, serta hilangnya perlindungan yang telah dibuat antara negara adidaya nuklir beberapa dekade lalu, telah menjerumuskan dunia ke dalam “zaman baru yang berbahaya.” Sekjen PBB Antonio Guterres juga telah memperingatkan bahwa peluang konflik nuklir yang dulu tidak terpikirkan, kini kembali mungkin.Meskipun Robock dan peneliti lainnya telah memproyeksikan bahwa perang nuklir akan menyebabkan gangguan luar biasa pada iklim dan persediaan makanan, untuk pertama kalinya para peneliti menghitung tingkat potensi kelaparan yang akan terjadi dan berapa banyak orang yang akan mati.

Baca Juga: AS Baru Berhasil Uji Coba Rudal Nuklir ICBM Minuteman III Berkecepatan 24 Ribu Km per jamPara peneliti berteori, bahwa ledakan sebagian kecil dari senjata nuklir dunia akan memicu badai api besar, yang akan dengan cepat menyuntikkan jelaga penghalang matahari ke atmosfer, sehingga memicu pendinginan iklim secara tiba-tiba.Para peneliti menggunakan model iklim untuk menghitung berapa banyak asap yang akan mencapai stratosfer, dan bagaimana hal ini akan mengubah suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Di stratosfer, tidak ada presipitasi yang terjadi untuk menghilangkannya Peneliti juga menghitung bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi produksi berbagai tanaman, serta bagaimana ikan akan merespon perubahan di laut.Maka diproyeksikan ada puluhan juta kematian langsung di zona perang, yang akan diikuti oleh ratusan juta kematian akibat kelaparan di seluruh dunia.

Tag

Editor : Wahyu Subyanto