Menuju Endemi, Lazada Prediksi Penjualan E-commerce Masih Tetap Ramai

Sabtu, 14 Mei 2022 | 15:24
Fahmi Bagas

Ilustrasi aplikasi Lazada.

Nextren.com -Lazada melakukan sebuah riset Digital Commerce Confidence Index (DCCI) 2022 di kuartal pertama (Q1) se Asia Tenggara.

Dari riset DCCI Lazada tersebut menunjukkan penjualan di e-commerce masih tetap ramai meski menuju endemi Covid-19.

Mengutip Kompas.com, menurut Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, ada dua indikator yang dapat menjadi rujukan menuju ke fase endemi bagi Indonesia.

Kedua indikator tersebut adalah angkaproduction numberyang sudah di angka 1 ke bawah dan tingkatpositivity ratedi bawah 5 persen secara nasional.

Baca Juga: Penghargaan Lazada Untuk Seller Wanita Se-Asia Tenggara, Ada Dari Indonesia!

"Tapi secara de jure (hukum) faktanya saat ini statusnya masih pandemi dan itu otorisasinya di bawah WHO," ujar Dicky kepada Kompas.com,Jumat (13/5).

Mungkin karena belum pastinya endemi, penjual e-commerce kemungkinan masih ramai dan optimis.

Hal ini terlihat dengan tiga dari empat penjual daring sepakat situasi akan menjadi lebih baik di kuartal selanjutnya.

"Menurut Lazada Consumer Study, 73 persen konsumen di Asia Tenggara memandang belanja daring menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari," ujar Magnus Ekbom, Chief Strategy Officer Lazada Group dari rilis yang diterima Nextren (13/5).

Penjual di Lazada se Asia Tenggara menurut riset Lazada optimis terhadap pertumbuhan bisnis di mana 77% responden penjual online memperkirakan akan ada peningkatan 10% penjualan di Q2 tahun ini.

Survei yang dilakukan pada kuartal pertama 2022 dengan melibatkan 766 penjual daring di Asia Tenggara sebagai responden juga memberikan hasil lainnya.

Optimisme penjual merupakan momentum dari Q4 tahun 2021, di mana 74% penjual memperkirakan setidaknya akan mendapatkan peningkatan keuntungan penjualan sebanyak 10% dalam Q1 2022.

Demikian pula dengan penjual yang memperkirakan terjadinya penurunan penjualan telah berkurang, dari 12% di Q4 2021 menjadi 7 persen di Q1 2022.

Perayaan seperti Ramadan dan Paskah di negara-negara yang merayakan, dan juga musim liburan yang akan datang menjadi pendorong utama pola pandang positif.

Karena periode ini umumnya berarti adanya peningkatan permintaan dan konsumsi barang dari pembeli.

Baca Juga: Studi Lazada 2021, Identifikasi 3 Hal Yang Membantu Talenta Digital Berkembang

Untuk mendukung antisipasi pertumbuhan dalam penjualan daring di kuartal selanjutnya, 74% penjual menyatakan mereka akan meningkatkan inventaris produk setidaknya 10% dalam tiga bulan ke depan.

Sementara itu, 47% mengatakan penjual akan menambahkan sumber daya manusia yang menandai kepercayaan akan pertumbuhan bisnis.

Tidak hanya soal optimis dan pertumbuhan penjualan yang didata oleh Lazada.

Survei atau riset juga mengatakan memiliki penjual di Lazada banyak di kategori general merchandise (81 persen), fesyen (78 persen), dan fast-moving consumer goods (76 persen).

Temuan ini juga sejalan dengan preferensi konsumen belanja daring, di mana fesyen dan kesehatan-kecantikan berada di posisi puncak untuk pembelian daring selanjutnya, menurut Lazada Consumer Study yang terbaru dari konsumen di Asia Tenggara.

Terlebih lagi, studi yang sama menunjukkan bahwa pelanggan mencari harga yang lebih murah, biaya pengiriman yang terjangkau, kemudahan pencarian serta kenyamanan ketika berbelanja daring.

Berdasarkan DCCI Lazada pada kuartal pertama 2022, bisnis memahami betul faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan pelanggan.

Sehingga bisnis perlu melakukan upaya dalam memikat konsumen untuk berbelanja daring dan memastikan harga produk mereka bersaing.

Sebanyak 58% penjual mengungkapkan bahwa upaya menarik traffic konsumen serta 56% diantaranya mengemukakan peningkatan persaingan harga menjadi dua pertimbangan utama untuk pertumbuhan di kuartal selanjutnya.

Baca Juga: Drama Belanja Online di Official Store, Stok Barang Jarang Update

Di sisi lain, 23% penjual juga mengatakan bahwa biaya operasional yang tinggi sebagai tantangan potensial, yang menggambarkan ketidakpastian dalam pertumbuhan global.

Seperti meningkatkan tingkat inflasi, ketidakstabilan geopolitik yang berpengaruh terhadap cadangan minyak dan disrupsi terhadap rantai pasok global.

Menurut Magnus, Digital Commerce Confidence Index Lazada merupakan yang keempat kalinya dihadirkan.

Namun untuk studi kali ini menunjukkan kepercayaan diri penjual meningkat seiring dengan memulihnya roda perekonomian.

"Penjual daring yang dapat memahami preferensi dan tren pembeli daring akan berada pada posisi yang aman untuk tetap dapat bersaing dan memenangkan industri perdagangan digital," ungkap Magnus. (*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto