Nextren.com - Indonesia punya wilayah yang begitu beragam, dengan belasan ribu pulau, pantai dan pegunungan.
Untuk menjangkau mereka dengan internet tentu bukan perkara mudah, apalagi di daerah pegunungan dan terpencil yang hanya berpenduduk sedikit.
Secara ekonomi, tentu perusahaan operator seluler harus berhitung potensinya jika mereka membangun infrastruktur di sana.
Untungnya, tahun lalu Indonesia menyelesaikan tahap final proyek Palapa Ring.
Proyek ini bertujuan menjembatani kesenjangan geografis dalam layanan digital dan menyediakan internet berkecepatan tinggi di seluruh negeri dengan mengutamakan beberapa daerah terpencil, khususnya di wilayah timur.
Metodenya adalah membangun infrastruktur nasional baru sebagai tulang punggung sistem telekomunikasi Indonesia dengan menghubungkan tujuh pulau di nusantara: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua melalui kemitraan pemerintah-swasta.
Baca Juga: Kabel Internet Bawah laut Asia-Amerika Putus, Penyebab IndiHome dan FirstMedia Lemot?
Untuk memahami efek investasi penting negara dalam infrastruktur jaringan, aplikasi Opensignal melakukan investigasi pada pengalaman jaringan seluler penggunanya di 12 daerah di Indonesia yang mencakup tujuh pulau tersebut.
Hasilnya, peningkatan dalam pengalaman jaringan selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa di antara faktor penting lainnya, operator di Indonesia telah memanfaatkan proyek Satelit Palapa untuk menghadirkan konektivitas seluler di luar Jawa dan mengatasi kesenjangan pengalaman jaringan seluler di seluruh negeri.
Pengguna aplikasi Opensignal di 12 wilayah merasakan peningkatan besar selama dua tahun terakhir, antara kuartal ketiga 2018 dan 2020 untuk Pengalaman Kecepatan Pengunduhan seluler, Pengalaman Video, dan Ketersediaan 4G.
Kesenjangan dalam pengalaman jaringan seluler antara Jawa — pusat politik, populasi, ekonomi Indonesia — dan wilayah terpencil lainnya disebut telah menurun secara signifikan.
Di beberapa kasus, wilayah terpencil bahkan memiliki pengalaman yang lebih baik dari sejumlah wilayah di Jawa.
Sebagian besar pengguna ponsel pintar di Indonesia kini terhubung ke layanan 4G minimal 9 dari 10 kali.
Pengguna aplikasi Opensignal di Indonesia merasakan pertumbuhan signifikan dalam Ketersediaan 4G di seluruh daerah.
Pada kuartal ketiga 2018, hampir seluruh area mencatat Ketersediaan 4G sebesar 80%.
Tapi, dua tahun kemudian, hampir semua daerah telah mengalami pencapaian atau peningkatan secara signifikan dengan perolehan Ketersediaan 4G nyaris 90%.
Pengguna aplikasi Opensignal di daerah Sulawesi merasakan peningkatan Ketersediaan 4G tertinggi, yaitu meningkat 15,4% poin.
Peningkatan ini berbeda tipis dengan pengguna di Sumatera, Maluku, dan Papua Barat, yang melaporkan peningkatan sebesar 15 hingga 14 persen poin.
Di saat yang sama, daerah lain di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Kalimantan melaporkan peningkatan sekitar 12 persen untuk skor Ketersediaan 4G.
Pengguna di daerah yang lebih padat - seperti Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jakarta Raya - merasakan peningkatan maksimal 10 persen poin.
Sementara Jakarta Raya menunjukkan peningkatan terkecil, yakni 8 persen, mengingat cakupan peningkatan yang terbatas dengan Ketersediaan 4G yang sudah tinggi.
Kendati demikian, pengguna di Jakarta Raya kini menikmati Ketersediaan 4G tertinggi, yakni 94,1%, lalu diikuti Banten dan Jawa Barat dengan skor sedikit di atas 93%. Skor Ketersediaan 4G pengguna di hampir seluruh daerah lainnya berkisar antar 91%-90%.
Sementara itu, Maluku berada kurang dari satu poin di bawahnya dan Papua Barat serta Kalimantan terpaut jauh dengan skor 88,8% dan 87,1%.
Karena penyediaan internet berkecepatan tinggi menjadi salah satu prioritas proyek Satelit Palapa, kita bisa melihat Pengalaman Kecepatan Pengunduhan pada jaringan seluler secara keseluruhan.
Selama dua tahun terakhir, pengguna aplikasi Opensignal di wilayah terpencil di Papua Barat melihat banyak peningkatan dalam Pengalaman Kecepatan Pengunduhan, yakni 87%, diikuti dengan wilayah lain di daerah ibu kota Jakarta Raya dan Kalimantan yang rata-rata merasakan kecepatan pengunduhan 78% lebih cepat.
Di Banten, pengguna kami merasakan peningkatan kecepatan hingga 74%.
Hal yang sama juga terjadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara.
Pengguna aplikasi Opensignal di wilayah tersebut juga merasakan peningkatan hebat, tetapi dengan persentase lebih rendah, yakni antara 58% hingga 50%.
Sementara itu, pengguna kami lainnya yang mendapati sedikit peningkatan — di bawah 50% — berada di Jawa Tengah (48%) dan Sulawesi (44%), dan Maluku menjadi daerah yang menunjukkan peningkatan terkecil, yakni 26%.
Dengan adanya peningkatan ini, Jakarta Raya berada di posisi teratas untuk Pengalaman Kecepatan Pengunduhan sebesar 13,6 Mbps.
Kecepatan itu berbeda tipis dengan daerah terpencil di bagian timur Papua Barat (13,1 Mbps), Nusa Tenggara (12,8 Mbps), dan Maluku (12,6 Mbps).
Banten menduduki peringkat 1 dari 5 teratas dengan kecepatan pengunduhan rata-rata 12 Mbps, sementara daerah di bagian barat dan tengah lainnya tertinggal dengan kecepatan rata-rata antara 11,8 Mbps (Jawa Timur) dan 10,2 Mbps (Jawa Barat).
Jawa Tengah adalah satu-satunya daerah dengan pengguna yang melaporkan kecepatan pengunduhan di bawah 10 Mbps.
Pengguna ponsel pintar di hampir semua daerah di Indonesia kini menikmati Pengalaman Video yang Baik.
Dalam hal Pengalaman Video, pengguna aplikasi Opensignal di wilayah Papua Barat menunjukkan persentase peningkatan terbesar, yaitu meningkat 36%.
Baca Juga: Main Gim Bareng di TV Cukup Pakai Smartphone Berkat Kerjasama XL Home dan AirConsole
Lalu disusul pengguna di Banten, Jawa Barat, Kalimantan, dan Maluku yang merasakan peningkatan masing-masing sebesar 30% hingga 28% dalam kategori ini.
Sementara itu, pengguna aplikasi Opensignal di wilayah lainnya melaporkan peningkatan 25% hingga 18% untuk skor Pengalaman Video mereka.
Dengan tingkat kemajuan ini, peringkat Pengalaman Video untuk pengguna di setiap daerah telah meningkat dari Cukup (40-55) hingga Baik (55-65) dengan skala 100 poin, kecuali pengguna di Jawa Tengah yang melaporkan skor 52,6 poin dan tetap pada kategori Cukup.
Ini berarti bahwa pengguna di mayoritas wilayah menikmati pengalaman yang baik saat streaming video seluler dengan resolusi rendah.
Tapi, masih ada banyak hal perlu ditingkatkan. Contohnya, pengalaman pengguna kami di Jawa Tengah umumnya menunjukkan gangguan karena waktu pemuatan yang melambat dan jeda berkepanjangan, khususnya pada resolusi tinggi.
Tetapi, serupa dengan daerah lainnya, investasi lanjutan dapat memperbaiki hal ini di masa mendatang.
Jakarta Raya memimpin analisis Pengalaman Video lewat pengukuran Opensignal dengan skor 63,6 poin.
Nusa Tenggara, Papua Barat, Banten, dan Maluku secara statistik bersama-sama di peringkat ke-2 dengan kisaran skor 60,2 hingga 61.5 poin.
Wilayah lainnya, termasuk Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah) terpaut jauh di belakang wilayah terpencil lain dengan skor di bawah 60 poin.
Dari tiga penilaian pengalaman seluler yang kami analisis dalam insight ini, pengguna di wilayah ibu kota Jakarta Raya melaporkan pengalaman terbaik, unggul tipis dari pengguna di wilayah terpencil — seperti Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Sementara wilayah Jawa tertinggal jauh, khususnya dalam hal Pengalaman Kecepatan Pengunduhan dan Pengalaman Video.
Baca Juga: Antisipasi Hilangnya Sinyal Saat Listrik Mati, Tri Upayakan Pemindahan Jalur Otomatis
Peningkatan pengalaman jaringan pengguna dalam dua tahun terakhir yang ditemukan Opensignal menunjukkan bahwa operator di Indonesia telah memanfaatkan proyek Satelit Palapa untuk menghadirkan akses konektivitas seluler di luar Jawa dan mengatasi kesenjangan pengalaman jaringan seluler di seluruh negeri.
Sekalipun Indonesia adalah salah satu pusat ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, riwayat akses publik terhadap internet seluler telah menjadi tantangan sulit karena sifat geografis yang luas dan beragam ini.
Konektivitas baru hasil proyek Satelit Palapa tidak hanya akan memberikan dampak kumulatif yang signifikan terhadap ekonomi digital Indonesia, tapi juga akan berperan penting dalam menghadirkan layanan vital untuk masyarakat marginal.
Proyek ini dapat memfasilitasi penyediaan Kewajiban Pelayanan Universal negara secara lebih efektif dan memperlancar penggunaan layanan pemerintah, edukasi, kesehatan secara elektronik dan keuangan seluler serta hal lainnya.
Tujuannya untuk hasil sosioekonomi positif dan upaya inklusi digital.
Di masa mendatang, melihat jika pengalaman pengguna di wilayah terpencil lain di Indonesia sesuai dengan pengalaman di daerah ibu kota.
Atau jika perbedaan pengalaman di sejumlah wilayah terus terjadi, tentu akan menjadi hal yang menarik.
Permasalahan ini umumnya bergantung pada upaya operator seluler untuk terus mengoperasikan site stasiun pemancar seluler yang lebih banyak, karena semakin banyak pengguna terhubung ke internet seluler serta terus meningkatnya permintaan data.
Di samping itu, dengan media seluler yang menjadi pilihan untuk mengakses internet di Indonesia, operator seluler yang unggul di sebagian besar metrik pengalaman seluler akan mendapatkan manfaat tersedia. Saat ini, seperti kita ketahui Telkomsel memimpin.
Baca Juga: Targetkan Daerah Terpencil Bisa Internetan 10 Mbps, Indonesia Siap Jadi Negara Digital
Pada laporan terakhir aplikasi Opensignal, Telkomsel dilihat sebagai operator yang mendominasi di Indonesia. Namun, dengan upaya nasional berkelanjutan oleh operator seluler dan pemerintah Indonesia dalam mendorong investasi jaringan dan memastikan tersedianya infrastruktur pendukung yang dibutuhkan, masyarakat di seluruh daerah seharusnya mendapatkan manfaat dari peningkatan konektivitas dan pilihan konsumen.
Membangun infrastruktur telekomunikasi nasional yang lebih banyak akan membantu semua operator di Indonesia untuk meningkatkan jangkauan jaringan mereka ke lebih banyak wilayah terpencil dan semakin meningkatkan pengalaman jaringan seluler masyarakat Indonesia. (Hardik Khatri )