Ada 175 Juta Rakyat Indonesia Yang Siap Menerapkan IoT, Ini Modalnya

Kamis, 23 Juli 2020 | 12:54

Smart Homes

Laporan wartawan Nextren, Fahmi Bagas

Nextren.com - Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Perkembangan teknologi termasuk Internet of Things (IoT) dari berbagai industri pun terus dihadapi oleh masyarakatnya.

IoT merupakan sebuah konsep penggunaan internet di segala lini kehidupan guna membantu pekerjaan manusia.

Menyoal hal tersebut, Smartfren menggelar webinar bertajuk "How to Sustain & Accelerate Business Growth Utilizing IoT" pada hari Kamis (23/7).

Baca Juga: Smartfren Luncurkan POWER UP Untuk Kelola Kuota Agar Lebih Hemat

Diacara virtual itu hadir Ketua Asosiasi IoT Indonesia, Teguh Prasetya yang membeberkan potensi masyarakat Indonesia untuk digitalisasi.

"Saat ini kita melihat ada 175 juta rakyat yang siap untuk digitalisasi dan tranformasi ke arah yang lebih baik," tutur Teguh.

Ia menambahkan, untuk menjadi negara yang berdampingan dengan perangkat IoT, ada beberapa unsur yang harus saling bekerjasama.

Baca Juga: Cara Daftar Paket POWER UP Smartfren, Bisa Dapat Bonus Kuota Terus Menerus

1. Pemerintah

Lini pertama yang harus menjadi garda terdepan adalah Pemerintah Indonesia.

Pasalnya pemerintah bertugas untuk penyedia regulasi yang ada.

Selain itu, tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah pembangunan infrastruktur yang mempuni.

Indonesia sampai saat ini diketahui masih dalam tahap pengembangan koneksi 4G yang lebih baik.

Namun tidak menutup kemungkinan kalau dalam waktu dekat akan segera mempersiapkan 5G bagi seluruh masyarakat.

Baca Juga: Warisan Grup Sinar Mas Senilai Rp 672 Triliun Jadi Rebutan, Ternyata Sudah Dikhawatirkan Sejak 23 Tahun Lalu

2. Sektor Privat

Pada lini ini, keberadaan produsen dan provider menjadi kunci untuk ketersediaan produk IoT.

Provider dirasa memiliki kewajiban untuk ketersediaan jaringan dengan bandwith yang lebih baik dan merata.

Seperti yang kita tahu, produk-produk IoT memerlukan konektivitas yang stabil untuk bisa beroperasi.

Sedangkan, merek-merek dagang perangkat IoT harus menyediakan barang yang berkualitas untuk pengguna.

Baca Juga: The NextDev Telkomsel dan Huawei Gelar Rangkaian Webinar Bertema 5G, Cloud, IoT, Big Data dan AI untuk bisnis

3. Publik

Selanjutnya adalah publik yang berfungsi sebagai pengguna perangkat IoT.

Lebih dari itu, publik juga bisa membuat komunitas sebagai bentuk organisasi yang bisa menghubungkan antara pengguna dengan produsen.

Dengan begitu, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sebuah produk IoT dapat diminimalisir di kemudian hari.

Baca Juga: Produk AIoT Smart Watch dan Buds Air Neo untuk Anak Muda Resmi Masuk Indonesia

4. Akademisi

Meski sama-sama berada di level pengguna, namun akademisi diharapkan bisa memiliki peran lebih dibandingkan pemakai IoT biasa.

Akademisi yang berkompeten pada IoT diharapkan bisa menjadi edukator pada kahalayak awam agar tidak terjadi kesalahan konsep produk.

Baca Juga: Layanan Internet of Things XL Resmi Rilis di 31 Kota, Tarif Mulai Rp 15 Ribu Setahun

5. Media

Faktor terakhir yang bisa mempercepat IoT di Indonesia adalah media.

Teguh menyatakan bahwa media hadir sebagai penyalur antara hasil pemikiran yang ada di masyarakat kepada pemerintah sebagai regulator.

Baca Juga: Smartfren rilis Booster Unlimited Rp 10 Ribu Seminggu, Cocok Untuk Belajar Online

Seperti halnya sekarang, dimana marak terjadi pencurian data pribadi.

Pemerintah diharapkan agar lebih cepat melakukan pengesahan RUU Pencurian Data Pribadi (PDP).

(*)

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya