Nextren.com - Serangan hacker saat ini menjadi salah satu penyakit yang menyerang masyarakat.
Nampaknya keberadaan hacker ditengah situasi karantina seperti sekarang malah semakin merebak dan menyerang banyak segmen.
Diketahui bahwa saat ini para hacker telah menjadikan aplikasi Zoom sebagai sasaran empuk aksi kejahatannya.
Salah satu aksi yang paling sering dilakukan oleh para hacker tersebut adalah Zoombombing.
Baca Juga: Cara Hindari Penyusup di Zoom Seperti Dialami Dewan TIK Nasional
Zoombombing merupakan tindakan penyusupan ruang meeting dan mengambil alihnya dengan serangan konten pornografi ataupun ancaman secara bombardir.
Selain itu, para hacker juga diketahui mencomot data pribadi para peserta ruang meeting yang ada di Zoom.
Beberapa waktu lalu diketahui bahwa para hacker tersebut telah menjual 500.000 lebih akun pengguna Zoom di dark web.
Baca Juga: Zoom Rekrut Mantan Ahli Keamanan Facebook Untuk Bereskan Kebocoran Data
Untuk per akunnya, mereka menjual seharga 0,002 USD dengan jaminan semua data pengguna akan bisa digunakan oleh si pembeli.
Mengutip dari Reuters, seorang pejabat keamanan siber senior dari FBI mengungkapkan bahwa ada rencana lain yang sedang dilakukan oleh para hacker.
Pejabat tersebut mengatakan pada Kamis (16/4) kemarin bahwa ada sejumlah hacker yang telah membobol perusahaan yang sedang melakukan penelitian terkait perawatan untuk Covid-19.
Deputi Asisten Direktur FBI, Tonya Ugorets mengatakan melalui diskusi online bahwa telah melihat peretas yang didukung oleh beberapa negara untuk mencari lembaga kesehatan dan penelitian.
Baca Juga: Bahaya! 500.000 Lebih Akun Zoom Dicuri dan Terjual di Web Gelap
"Kami tentu saja telah melihat kegiatan pengintaian, dan beberapa intrusi, ke dalam beberapa lembaga tersebut," ungkapnya seperti yang dikutip dari Reuters.
"Serangan ini terutama terjadi pada lembaga yang secara publik mengidentifikasi diri mereka sebagai lembaga yang bekerja untuk penelitian tentang Covid-19," lanjutnya.
Ia juga mengingatkan bagi para lembaga yang sedang bertugas untuk mencari obat ataupun penyembuh dari wabah coronavirus agar tidak menggemborkan pekerjaan mereka di depan umum untuk saat ini.
Hal tersebut akan membuat beberapa negara yang diduga menyokong para hacker akan melakukan serangan berupa pencurian informasi.
Baca Juga: Duh Netizen Keluhkan Galaxy S20 Ultra Boros Baterai dan Cepat Panas
Ugoretz juga menuduh bahwa nantinya akan banyak negara yang mendukung para hacker untuk menyerang perusahaan industri biofarma.
"Itu (negara pendukung hacker) pasti meningkat selama krisis ini," tuturnya kepada Reuters.
Baca Juga: Pejabat Keamanan Dunia Ungkap Cara Hacker Ambil Untung Dari Wabah Corona
Hingga saat ini, pihak FBI masih belum mau menyebutkan nama negara yang dituduh tersebut.
Pihak FBI juga diketahui masih belum membalas email yang dikirimkan oleh Reuters.
(*)