Nextren.com -HERE Technologies, sebuah platform yang menyediakan data dan teknologi tentang lokasi, baru-baru ini mengumumkan hasil studi mereka yang pertama di Asia-Pasifik (APAC) yang disebut APAC On The Move.
Studi ini mengungkapkan informasi mengenai perusahaan-perusahaan transportasi dan logistik di seluruh APAC, membahas tren teknologi saat ini, dan aktivitas yang mempengaruhi pengelolaan distribusi, armada, dan logistik.
Temuan penting dari studi APAC On The Move 2023 menunjukkan bahwa perusahaan logistik di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam melacak aset dari awal hingga akhir dan memperoleh visibilitas pengiriman.
Perusahaan logistik yang disurvei mengatakan bahwa penerapan teknologi merupakan tantangan terbesar bagi mereka dalam memantau distribusi dari awal hingga akhir secara bersamaan. Meskipun begitu, mereka juga ingin meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi iPhone Stuck di Logo Apple, Tak Usah Panik!
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perkembangan industri logistik, termasuk dengan mengeluarkan kebijakan Ekosistem Logistik Nasional untuk mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Industri logistik di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sekitar 5-8% tahun ini, didorong oleh digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Namun, menurut Indeks Kinerja Logistik terbaru dari Bank Dunia, Indonesia mengalami penurunan peringkat sebesar 15 posisi dari peringkat 46 pada tahun 2018 menjadi peringkat 61 pada tahun 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor logistik di Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh dan memanfaatkan potensi ekonomi regional serta peluang dalam rantai nilai global.
Baca Juga: Logistik Bagian dari Masa Depan, Aplikasi MyJNE Permudah Konektivitas di New Normal
Rangkuman dari studi APAC On The Move 2023 yang diterbitkan oleh HERE Technologies adalah sebagai berikut:
- Kemitraan dan implementasi teknologi merupakan tantangan besar: Lebih dari seperlima perusahaan di Indonesia (23%) mengatakan bahwa mereka menghadapi hambatan dalam menerapkan teknologi karena khawatir akan gangguan terhadap proses dan layanan yang ada. Tantangan lainnya adalah menemukan mitra atau pemasok yang tepat dan menghasilkan keuntungan finansial dari investasi teknologi.