Nextren.com - Dilansir dari neurosciencenews.com, University of Vermont, Amerika Serikat melakukan studi yang menemukan bahwa konten di TikTok yang terkait dengan makanan, nutrisi, dan berat badan berusaha mengumbar kebiasaan diet yang Toxic.
Para kreator tersebut bahkan berusia antara remaja hingga dewasa, namun tidak banyak ahli gizi yang terlibat dalam konten tersebut.
Studi ini dilakukan untuk lebih memahami peran TikTok sebagai sumber informasi tentang nutrisi dan perilaku makan sehat.
Untuk itu studi ini dilakukan dengan memeriksa konten terkat nutrisi dan citra tubuh dengan melakukan analisis komprehensif pada ratusan video.
Penemuan studi didasarkan pada analisis komprehensif dari 100 video teratas dari 10 hastaq terpopuler terkait dengan nutrisi, makanan, dan berat badan.
Baca Juga: Studi Baru : TikTok berkembang Jauh lebih dari sekedar Media Sosial
Terpublikasi pada tanggal 1 November 2022 lalu di Jurnal PLOS One, studi tersebut menemukan bahwa berat badan hanya disampaikan secara normatif.
Artinya berat badan diartikan sebagai indikator paling penting dalam mengukur kesehatan seseorang.
Sebagian besar konten tersebut mengglorifikasi dan membenarkan bahwa menurunkan berat badan dan memporsi makanan adalah cara untuk kurus dan sehat.
Peneliti senior, Lizzy Pope, mengatakan setiap harinya jutaan remaja dan orang dewasa membuat konten yang memberikan gambaran makanan, nutrisi, dan kesehatan yang tidak realistis dan tidak akurat.
Baca Juga: Mayoritas Millenial dan Gen Z Konsumsi Berita Dari Platform TikTok
Temuan ini memprihatinkan karena konten tersebut mengindikasikan adanya kaitan gangguan makan dan citra tubuh yang negatif.
Bukan hanya itu, konten tersebut semakin memprihatinkan karena selama ini kreator TikTok dianggap sebagai influencer akademik di bidang nutrisi namun kontennya dibuat tidak komprehensif.
Selama beberapa tahun terakhir ini Departemen Nutrisi dan Ilmu Pangan di Universitas of Vermont telah menggeser pola pikir normatif terkait berat badan dan mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif untuk mengajarkan diet.
Pendekatan tersebut berpusat pada indikator kesehatan lain selain berat badan untuk mengevaluasi kesehatan seseorang.
Departemen Nutrisi dan Ilmu Pangan di Universitas of Vermont juga menolak gagasan bahwa berat badan yang selama ini dianggap normal oleh kebanyakan orang merupakan hal yang belum tentu realistis untuk semua orang.
Indikator nutrisi berat badan yang lebih inklusif harus lebih populer sebagai indikator kesehatan seseorang yang lebih holistik.