Nextren.com - Sanksi ekonomi negara NATO terhadap Rusia, berbalik membuat Eropa menderita. Pasokan gas alam dari Rusia terhambat, sementara Eropa tidak boleh membeli minyak dari Rusia.Menteri Energi Belgia Tinne Van der Straeten mengingatkan bahwa Eropa akan menghadapi musim dingin yang berat, di tengah krisis gas alam yang terjadi setelah invasi Rusia. Tinne mengatakan lewat akun Twitter pribadinya, Minggu (28/8), bahwa harga gas alam di Eropa perlu segera ditetapkan. Lalu hubungan antara harga gas dan tarif listrik perlu direformasi.
Baca Juga: Sanksi Makin Parah, Rusia Siap Tinggalkan Barat dan Makin Mesra Dengan ChinaMenjelang akhir tahun, Tinne khawatir Eropa akan menghadapi musim dingin yang sangat berat. Kondisi ini bahkan diprediksi bisa bertahan hingga bertahun-tahun kemudian. "Lima sampai sepuluh musim dingin berikutnya akan mengerikan, jika kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus bertindak di sumbernya, di tingkat Eropa, dan bekerja untuk membekukan harga gas," ungkap Tinne, seperti dikutip BBC. Di Eropa, tarif listrik melonjak dan mencapai rekor tertingginya minggu lalu, akibat tingginya harga gas alam yang menjadi sumber utama pembangkit listrik di Eropa. Tarif listrik di Jerman selama satu tahun ke depan mencapai €995 (sekitar Rp 14,8 juta) per MWh. Di Prancis, harganya naik menjadi €1.130 (Rp 16.8 juta) per MWh. Harga listrik di kedua negara itu melonjak lebih dari sepuluh kali lipat dari tahun lalu.
Tarif listrik melonjak sejak BUMN Gazprom Rusia mengumumkan akan menutup pipa gas Nord Stream 1 selama tiga hari sejak Rabu (24/8) untuk melakukan pemeliharaan.
Banyak kekhawatiran bahwa Moskow akan mematikan gas ke Eropa untuk menimbun pasokan jelang musim dingin.
Para pengusaha khawatir harus menghentikan operasi secara berkala selama musim dingin jika pasokan listrik terbatas.
Adapun sektor rumah tangga harus membayar tagihan listrik lebih mahal.Kanselir Austria Karl Nehammer mengajak semua pihak di Eropa untuk segera mengakhiri gejolak di pasar energi saat ini, dan meminta Uni Eropa segera memisahkan harga listrik dan gas. "Tarif listrik harus turun. Kita tidak bisa membiarkan (Presiden Rusia) Vladimir Putin menentukan tarif listrik Eropa setiap hari," ungkapnya. Jerman sebagai importir gas Rusia terbesar di tahun 2020, sedang berusaha meningkatkan cadangan gasnya hingga 85% pada Oktober 2022, sebelum musim dingin di tengah berhentinya pasokan dari Rusia.Pemerintah Jerman juga telah menerapkan langkah-langkah penghematan energi untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan membeli gas dari pemasok alternatif, langkah-langkah tersebut memungkinkan Jerman untuk memenuhi tujuannya lebih cepat dari yang diantisipasi.
Baca Juga: Jerman Terancam Dingin dan Gelap: Gas Rusia Dipangkas, Kapal Batu Bara Sulit LewatMenteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menargetkan peningkatan cadangan bisa tercapai di awal September.Saat ini negara-negara Uni Eropa sedang berjuang menghadapi lonjakan harga energi sejak mayoritas negara Eropa memberikan sanksi dagang kepada Rusia yang menginvasi Ukraina. Tahun lalu, sebanyak 40% pasokan gas alam Uni Eropa berasal dari Rusia. Setelah Rusia menerima sanksi, maka impor gas alam Rusia ke Uni Eropa menjadi terbatas.