Proses adopsi hybrid dan multicloud pada saat pandemi Covid-19 semakin cepat menjadi alasan bisnis cloud semakin menjanjikan.
Karena perusahaan memiliki akses ke produk-produk yang lebih baik untuk melakukan integrasi data dan interoperabilitas aplikasi pada beberapa cloud.
IDC Future Enterprise Resiliency & Spending 2022 Survey Wave 5 (2022) juga menunjukkan bahwa lebih dari 60% organisasi di Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah memprioritaskan program-program yang terkait dengan ketahanan infrastruktur digital.
Hal ini dilakukan untuk merespon kondisi yang serba tidak pasti akibat ketegangan geopolitik, inflasi, gangguan rantai pasokan, dan usaha penanggulangan pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.
Baca Juga: Begini Nasib Google Cloud di Indonesia jika Google Belum Daftar PSE Kominfo
Lebih lanjut lagi, menurut IDC Asia/Pacific Cloud Survey 2021, sebanyak 76% organisasi di Asia-Pasifik menunjukkan indikasi akan melakukan peningkatan layanan cloud dalam 12 bulan mendatang.
Prapussorn Pechkaew, Research Manager, IDC Thailand, mengatakan dengan peluang besar tersebut akan banyak perusahaan mencari cara untuk merancang strategi cloud mereka.
"Mereka (perusahaan) juga mencari cara untuk menggunakanlayanan cloud secara lebih efektif, seiring dengan perkembangan layanan cloud pada berbagai sektor industri di Asia Tenggara," ujar Prapussorn secara virtual kepada media (23/8).
Baca Juga: Dell Rilis Pemulihan Siber, Analisis Data dan Ekosistem Mitra untuk Dongkrak Layanan Multi-Cloud
Peningkatan sebesar 81% ditunjukkan organisasi-organisasi di Indonesia, 86% di Malaysia, 88% di Filipina, dan 92% di Thailand.
Angka-angka tersebut menunjukkan peningkatan penggunaan layanan cloud yang lebih tinggi dari angka rata-rata regional.