Posisi Singapura memang strategis, apalgi adanya kemudahan berinvestasi dan perizinan sehingga perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut.
Dari data pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura mencapai 1,4 juta barel per hari.
Ada 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, yaitu Shell Pulau Bukom Refinery berkapasitas 500.000 barel/hari, ExxonMobil Jurong Island Refinery berkapasitas 605.000 barel/hari, dan SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel/hari.
Kapasitas kilang minyak sebesar itu membuat Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Baca Juga: Mau Beli iPhone SE 2022 di Singapura? Pajaknya Cuma Rp 55 Ribu Loh
Setelah diolah di kilang minyak Singapura, lalu menjadi BBM siap ekspor termasuk ke Indonesia.
Padahal jumlah penduduk Singapura hanya 5,7 juta jiwa, sehingga konsumsi BBM sangat kecil.
Indonesia dengan penduduk sekitar 260 juta mengonsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, ternyata hanya punya kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina sekitar 1,1 juta barel per hari.
Hal itu tentu saja membuat impor BBM sangat membebani neraca perdagangan Indonesia.
Singapura jadi negara yang paling banyak mengekspor BBM ke Indonesia, bahkan mengalahkan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar global.
Tak hanya ke Indonesia, Singapura juga menjadi negara pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar ekspor BBM mereka dikirim ke Indonesia, Malaysia, dan China.