Layanan konvergensi terus dikenalkan kepada masyarakat Indonesia, sekaligus meningkatkan manfaatnya.
Hasilnya, penetrasi layanan konvergensi ini telah mencapai 19%, yang berarti menunjukkan kuatnya permintaan atas produk ini.
Akuisisi terhadap Linknet yang baru saja dilakukan akan sangat mendukung pengembangan produk konvergensi ini di masa mendatang. Di periode kuartal pertama 2022 ini, pendapatan layanan data tercatat sebesar Rp 5,91 triliun, naik 10% YoY. Sementara itu EBITDA kuartal pertama 2022 meningkat sebesar 2% (YoY) menjadi Rp 3,17 triliun, dengan margin 47%. Di sepanjang triwulan pertama 2022 ini, beban biaya operasional meningkat 14% (YoY) menjadi Rp 3,57 triliun dari Rp 3,13 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Meningkatnya biaya operasional ini dipengaruhi dari meningkatnya beban Biaya Regulasi serta Biaya Penjualan dan Pemasaran. Perseroan juga berhasil meningkatkan ARPU blended menjadi Rp 36 ribu dari Rp 35 ribu di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan jumlah pelanggan meningkat menjadi sebanyak 57 juta dengan tingkat penetrasi smartphone meningkat 3% YoY menjadi 93%. Dari sisi keuangan, diklaim dalam posisi sehat dan terkendali, meskipun jumlah utang meningkat di kuartal pertama 2022 secara YoY.Utang kotor meningkat 12% YoY dan utang bersih meningkat 16% YoY. Adapun free Cash Flow (FCF) meningkat sebesar 59%, ke angka Rp 1,94 triliun. Rasio utang bersih terhadap EBITDA terbilang masih baik mencapai 2,7x, dan tidak ada utang berdenominasi USD.
Baca Juga: Cara Aktifkan Jaringan 5G di iPhone 12 dan iPhone 13, Gak Pakai Ribet!
Sebanyak 81% dari pinjaman yang ada saat ini berbunga mengambang (floating) dan pembayarannya masih dapat dikelola hingga dua tahun ke depan. Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, capitalized capex menurun 35% YoY menjadi Rp 1,23 triliun. Penurunan ini disebabkan karena faktor jadwal pelaksanaan pembelanjaan modal meskipun jumlah belanja modal secara tahunan masih akan tetap sama.
Rencananya di tahun 2022 ini XL Axiata juga akan mengalokasikan belanja modal dengan nilai relatif sama dengan tahun lalu sekitar Rp 9 triliun. Peluang Bisnis 2022 Ada sejumlah peluang positif di Industri Telekomunikasi Indonesia di tahun 2022 yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan performa ke depan.
Pertama, pemulihan ekonomi diprediksi akan bisa terlaksana seiring dengan diprediksi akan meredanya Covid-19 pada tahun 2022. Kedua, cara kerja digital, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.
Baca Juga: Sinyal 3G Semua Operator di Indonesia Akan Dimatikan, Ini Penyebabnya
Ketiga, potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (FTTH) karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida.