Tak hanya Bitcoin, cryptocurrency terbesar kedua di dunia yang digunakan untuk blockchain Ethereum, juga turun ke level US$ 2.245, terendah sejak akhir Januari.
Sedangkan memecoin shiba inu (SHIB) anjlok lebih dalam sebesar 13 persen.
Melemahnya Bitcoin terjadi bersamaan dengan TerraUSD (UST) yang kehilangan underlying asset-nya terhadap dolar.
Penurunan itu menambah tenaga pada Ahad malam lalu karena pasar ekuitas Asia dan indeks saham berjangka AS dibuka turun tajam.
Baca Juga: Terbongkarnya Penipuan Besar Berbasis Bitcoin di Brasil Senilai Rp 100 Triliun
Miller memberikan saran terkait kondisi tersebut. Hal terpenting yang harus dilakukan saat pasar bearish adalah mempertahankan portofolio yang seimbang dan tidak terlalu banyak berinvestasi dalam aset yang tidak mampu untuk menunggu lama.
Dari sejarah penurunan yang pernah ada, hal terbaik yang bisa dilakukan dengan aset jangka panjang seperti bitcoin adalah menahan, atau bahkan menambah posisi jika dana tersedia.
Matt Dibb, chief operating officer platform crypto Stack Funds, mengatakan faktor lain dalam penurunan bitcoin terjadi selama akhir pekan selama likuiditas pasar crypto yang terkenal rendah.
Dibb juga menilai, ada juga ketakutan jangka pendek bahwa stablecoin algoritmik Terra USD (UST) dapat kehilangan posisinya terhadap dolar.
Stablecoin adalah token digital yang dipatok ke aset tradisional lainnya, salah satunya adalah dolar AS.
UST diawasi dengan ketat, baik karena cara baru mempertahankan pasak dolar 1 : 1 dan karena pendirinya telah menetapkan rencana untuk membangun cadangan bitcoin senilai US$ 10 miliar untuk mendukung stablecoin.
Artinya, volatilitas di UST berpotensi tumpah ke pasar bitcoin.