Sebagai contoh, kamu dan 5 temanmu memiliki satu brankas untuk menyimpan sebuah sertifikat tanah.
Alih-alih memberikan kunci ke salah satunya, sistem blockchain justru memecahnya menjadi 6 bagian (sesuai dengan jumlah orang).
Dengan begitu, tidak ada yang bisa membuka brankas tersebut, selain keenam orang yang memiliki potongan kunci itu berkumpul.
Dan blockchain ini merupakan sebuah teknologi yang dimanfaatkan oleh sistem penjualancrypto seperti Bitcoin, Ethereum, dan beberapa kripto lainnya.
Oleh karenanya, tidak heran jika penjualan NFT pun kebanyakan dilakukan dengan menggunakan kripto Ethereum.
Selain itu, penggunaan sistem blockchain juga akan membuat setiap NFT yang dimiliki oleh perorangan bakal berbeda-beda dan dapat dipastikan tidak akan ada yang sama.
Baca Juga: 5 Tips Menjual NFT Agar Bernilai Tinggi, Tak Bisa Sembarang Patok Harga!
Fungsi NFT Bukan Membeli Hak Cipta
Dari penjelasan yang sudah dijabarkan terkait bagaimana sistem NFT bisa bekerja, mari kita membahas perihal fungsi NFT itu sendiri.
Sampai saat ini banyak yang beranggapan kalau setiap transaksi pembelian NFT, kamu dapat memiliki hak cipta dari karya tersebut.
Padahal nyatanya tidak, karena NFT hanya mengizinkan kamu untuk memiliki sertifikat digital guna mendapatkan hak klaim terhadap sebuah karya.
Hak cipta karya NFT tetap hanya dimiliki oleh satu orang yaitu pembuat yang memasukan karya digitalnya ke NFT pertama kali.