Intinya, kekuatan untuk menentukan hal paling fundamental yaitu kepercayaan terhadapsesuatu hal, janganlah ditentukan lewat suara terbanyak. Karena hal kepercayaan itu bukanlah hitam dan putih, melainkan menyangkut banyak faktor, di mana tidak bisa ditentukan dengan voting ya atau tidak.
(BACA:Samsung Galaxy S9 dan Samsung Galaxy S8, Mana yang Lebih Baik?)
Masalah penyebaran berita hoax justru karena suara terbanyak
Yang paling fatal adalah, penyebab beredarnya berita-berita hoax di Internet itu adalah karena ketidak-tahuan orang terhadap kebenaran dari berita tersebut.
Ditambah dengan ketidak-pedulian orang untuk mengecek kebenaran akan berita tersebut, dan langsung menyebarkannya tanpa memastikan kebenarannya.
Kalau mereka saja tidak perduli untuk memastikan kebenaran berita tersebut, apalagi saat ditanya tentang sumber beritanya.
Mereka akan percaya dengan yang relevan pada sudut pandang mereka pada saat itu, bukanlah karena mereka percaya dengan sang sumber berita.
Misalnya, sumber berita A mengatakan bahwa ada berita A, sedangkan sumber berita B mengatakan bahwa beritanya B, sedangkan si pengguna ini merasa bahwa menurutnya lebih tepat B, maka ia akan memilih sumber berita B. Meskipun ternyata sumber berita B tidak melakukan cek dan ricek sehingga beritanya tidak valid.
Akhirnya, kevalidan sebuah sumber berita akhirnya tergantung dari berita yang relevan pada saat itu, bukannya karena berita itu benar dan berdasarkan fakta.
Maka tak heran kalau kemudian makin banyak sumber berita yang memuat berita bombastis tanpa mempertanggung-jawabkan kesahihan berita tersebut.
(BACA:Shopee Adakan Flash Sale Xiaomi Redmi Note 5A Prime dengan Harga Murah)
Pembaca kritis kalah suara dengan pembaca yang vokal