"Skala berbeda dari kekuatan tempur yang ditunjukkan, antara latihan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (China) dan Angkatan Laut Amerika Serikat akan terlihat."
"Hal itu mengirimkan sinyal militer dan geopolitik ke China dan kawasan," kata Schuster.
"Latihan Angkatan Laut AS ini menunjukkan siapa yang memiliki kekuatan potensial lebih besar."
Schuster mencatat, bahwa mengoperasikan dua kapal induk di Laut China Selatan bisa menjadi operasi yang lebih kompleks, dibandingkankeberadaan tiga kapal di Laut Filipina.
Baca Juga: Gagal di India, WhatsApp Payment di Brasil Diblokir Baru Seminggu Beroperasi
"Laut Filipina adalah lautan terbuka, sedangkan Laut China Selatan dipenuhi dengan klaim udara dan ruang laut yang saling bersaing," katanya kepada CNN.
Menambah kompleksitas kondisi tersebut, AS menambah daya tembaknya dalam latihan tersebut, lewat pesawatpembom B-52 yang terbang bareng pesawat tempur dari kapal induk itu.
Pesawat pembom itu terbang 28 jam tanpa henti dari markasnya di Louisiana untuk berpartisipasi dalam latihan. Hal itu menunjukkan kemampuan Angkatan Udara AS untuk memindahkan aset dengan cepat kewilayah panas dunia.
"Serangan semacam ini menunjukkan kemampuan kita untuk menjangkau dari stasiun utama, untuk terbang ke mana saja di dunia dan menjalankan misi itu dengan cepat beregenerasi dari pangkalan operasi maju dan melanjutkan operasi," papar Letnan Kolonel Christopher Duff, komandan Skuadron Bom ke-96, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Sorotan Dunia ke TNI yang Gagalkan Perang, Berani Hadang Tank Israel di Depannya
Namun China, dalam laporan Global Times, menyebutbahwaAS tidak lebih dari macan kertas di depan pintu negara China.
Pemerintah Negeri Panda itu juga mengatakan Beijing memiliki lebih dari cukup senjata untuk mempertahankan posisinya di Laut China Selatan.