Laporan Wartawan Nextren, Wahyu Prihastomo
Nextren.com -Kejadian yang unik sekaligus naas baru-baru ini terjadi di universitas terkemuka, Harvard.
Pemerintah AS baru saja mendeportasi seorang mahasiswa baru bernama Ismail Ajjawi.
Alasannya?
Pemerintah AS menilai Ismail punya terlalu banyak teman di medsos yang dinilai bertentangan dengan AS.
Sejumlah teman Ismail di medsos itu dianggap berkaitan dengan gerakan-gerakan tertentu yang mengancam keamanan negara.
Baca Juga: Riset Medsos Buktikan Netizen Indonesia Antusias Soal Pemindahan Ibu Kota
Proses deportasi ini dilakukan pihak imigrasi dan bea cukai AS saat Ismail baru sampai di bandara.
Saat itu pihak keamanan meminta Ismail untuk membuka kunci laptop dan hapenya untuk dilakukan pemeriksaan.
Setelah diselidiki, Ismail kemudian diciduk pihak keamanan untuk menjalani interogasi selama 5 jam.
Saat ini Ismail sedang mengusahakan untuk mencari pengacara supaya visa miliknya tetap bisa digunakan dan dia bisa berkuliah dengan nyaman.
Baca Juga: Dilarang Bahas Politik di Kantor, Karyawan Google Terlalu Dikekang?
Usut punya usut, tindakan yang dilakukan pihak keamanan bandara ini rupanya terkait dengan sikap diskriminatif yang sering diterima warga Arab.
Kepada TechCrunch, Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab mengatakan kalau kejadian serupa memang sudah cukup sering terjadi di AS.
Tidak pandang umur, mulai dari orang tua bahkan mahasiswa baru seperti Ismail juga jadi sasaran.
Sebelumnya seorang warga Arab juga sempat mengalami kejadian serupa.
Gara-garanya, pihak keamanan bandara melihat satu pesan misterius di grup Whatsapp si korban.
Banyak yang menentang aturan ini karena pihak keamanan dan imigrasi dianggap masuk terlalu jauh ke ranah pribadi para pengunjung yang baru tiba di bandara.
Banyak orang juga menganggap kalau tindakan diskrimanasi ini nantinya justru akan memberi kesan buruk bagi AS.
Baca Juga: Viral Seorang Anak Diduga Kecanduan Game di Magelang, Pahami Gejalanya
(*)