Proyek ini akan menyimpan ‘metadata kontekstual’ setiap berita pada blockchain, termasuk kapan dan di mana sebuah video atau foto diambil beserta semua informasi yang melekat.
Ide tersebut berangkat dari sebuah data dari berbagai platform yang dapat diakses dan terlihat oleh siapa saja.
Sebagai informasi, Hyperledger Fabric berbeda dengan proyek blockchain kebanyakan.
Baca Juga: PBB Bahas Gunakan Blockchain untuk Pengembangan Kawasan Afghanistan
Menggunakan ‘permission blockchain’, tidak sembarang orang memiliki akses untuk menulis data pada rantai blockchain tersebut.
Sedangkan pada proyek blockchain publik seperti TRON, Tokenomy, ataupun Ethereum, semua pengguna memiliki hak yang sama untuk menulis data dan mengutak-atik data tersebut.
Meski terlihat terututp Hyperledger Fabric tetap dapat membiarkan publik mengetahui setiap perubahan yang terjadi.
Mengutip Coindesk, The New York Times menggunakan proof of concept, artinya setiap data dibuktikan dengan data yang tervalidasi.
Bitcoin dan Ethreum sendiri menggunakan proof of work, artinya setiap data dibuktikan dengan pekerjaan (mining).
Ethereum kemudian beralih menggunakan proof of stake, melakukan validasi data dengan melihat jumlah persentase nilai blok sebelumnya.