Pada 2018, keadaan pasar sudah banyak berubah.
Ponsel mid-range menyumbang 29,9 persen dari total pengiriman sebanyak 34,8 juta unit, lebih banyak dari ponsel ultra low-end yang hanya berkontribusi 24,5 persen tahun lalu.
Baca Juga: Data Penjualan Apple Menurun, Tanda Sudah Mulai Ditinggalkan?
Segmen low-end di kisaran Rp 1,4 juta-2,9 juta juga mengalami kenaikan dari 38,1 persen di 2015 menjadi 41,3 persen di 2018.
Sementara itu, segmen lain dengan harga Rp 5,7 juta ke atas turut meningkat, meski proporsi angka pengirimannya relatif kecil dibandingkan ponsel berharga Rp 5,7 juta ke bawah.
Pada 2018, segmen harga Rp 5,7 juta ke atas ini menguasai lebih dari 95 persen pasaran ponsel di Indonesia, menurut data IDC.
Artinya, konsumen smartphone di Indonesia semakin melirik produk berharga lebih tinggi, tak lagi melulu berkutat dengan ponsel murah meriah.
Baca Juga: Gerai Berkonsep Digital Dibuka Indosat di Mal Kokas, Layani Penjualan Smartphone
Para produsen pun berlomba-lomba mencuri perhatian konsumen lewat inovasi teknologi dan desain yang diterapkan di smartphone kelas menengah masing-masing.Contohnya seperti kamera “pop-up” hingga pemindai sidik jari yang ditanam di latar.
Menurut Risky, hal ini perlu dilakukan karena konsumen Indonesia memang cenderung menyukai sesuatu yang dipandang kekinian.
“Tren yang baru itu lebih disukai. Selain spesifikasi, mereka juga kritis soal desain,” pungkasnya. (Oik Yusuf)