"Si Juki" merupakan salah satu komik lokal yang paling dikenal di Indonesia. Penulisnya, Faza Ibnu Ubaydillah Salman atau akrab disapa Faza Meonk ternyata mempopulerkan komik tersebut mulai dari media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.Tema cerita"Si Juki" beragam. Rata-rata ide cerita merupakan peristiwa sehari-hari yang sedang hangat dibicarakan orang, kritik sosial, kesehatan, atau sekadar hal ringan seperti persoalan anak kos menjalani kehidupan sehari-harinya.Setelah Si Juki terkenal dan memiliki banyak follower, Faza pun berhasil menggaet 30 brand yang ingin ingin produknya diperkenalkan ke khalayak dalam bentuk komik. Dari kerja kreatif tersebut, dia mengaku sudah mendapat penghasilan bersih per bulan hingga Rp 60 juta.
Pria lulusan Universitas Bina Nusantara ini sempat menceritakan pengalamannya menggunakan media sosial kepada Nextren, Kamis (26/6/2015) sore. Awalnya, dia membuat Si Juki sebagai komik candaan internal kampus. Namun ketika diunggah ke sosial media, dia melihat ada banyak respon positif dari pembacanya yang berasal dari luar kalangan kampus.Faza langsung tanggap dengan kesempatan itu dan mengembangkannya sebagai bisnis intelectual property (IP). Pada 2012, proyek Juki mulai menyebarkan konten-konten memakai media sosial."Dari media sosial, saya lihat jokes-jokes si Juki ternyata nyambung dengan masyarakat luas. Dari situ saya lihat ada peluang menggunakan media sosial sebagai alat mengembangkan karya," kisahnya saat ditemui di Conclave Coworking Space, Jakarta."Awal-awal saya pakai Facebook. Kalau di Facebook saya menggunakan comik strip karena kecenderungannya konten visual akan banyak yang share," jelasnya.Dia juga membuat"Si Juki" dalam bentuk interaktif. Misalnya dalam ending satu episode, pembawa ditanya ingin kelajutan cerita seperti apa. Jawabannya dengan memilih Like jika ingin "Si Juki" ke pantai, Comments jika ingin ke rumah sakit, atau Share jika ingin ke neraka."Nah, dari situ saya rancang supaya orang banyak yang nge-share. Kalau ke neraka kan mereka penasaran, 'Wah, bakal ngapain nih Si Juki di neraka?'", terangnya mencontohkan.Selain media sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut,"Si Juki" juga diperkenalkan melalui akun Twitter @JukiHoki. Nah, menurut pengalaman Faza, cara penyampaian konten antara kedua media sosial itu beda dan Si Juki pun harus menyesuaikan.Kalau pemakai Facebook cenderung menikmati konten visual, para pengicau di Twitter justru lebih menikmati konten verbal."Si Juki" pun jadi lebih sering berkicau dan bermain hashtag ketimbang mengunggah komik strip.Instagram pun tak luput dari perhatian Faza. Dia malah berpendapat media sosial berbagi foto tersebut merupakan salah satu yang paling cocok untuk mempromosikan komik-komik asli Indonesia."Instagram mungkin bisa jadi platform baru bagi pembuat-pembuat komik Indonesia karena banyak juga yang mulai bermain di Instagram. Akun Si Juki bikin baru tahun lalu, tapi followers di Instagram naiknya justru lebih banyak dari Twitter. Sekarang sekitar 113.000 follower," jelas Faza.Sebagai tambahan,"Si Juki" juga diperkenalkan ke publik melalui akun official Line dan YouTube. Intinya bagi Faza, media sosial tersebut adalah sarana yang sangat berguna untuk memperkenalkan karya. Aksesnya gratis dan bisa dijangkau banyak orang."Kalau menurut saya, media sosial justru jadi alasan kebangkitan komik lokal. Dari yang gak keliatan sama sekali, komik lokal sekarang jadi naik banget," pungkasnya.