Follow Us

Benarkah Kompetisi Startup Menumbuhkan Ekosistem?

Fatimah Kartini Bohang - Rabu, 30 Desember 2015 | 11:53
Ilustrasi
Thinkstock

Ilustrasi

Pemerintah hingga operator telekomunikasi ramai menggelar kompetisi startup satu dekade terakhir. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) punya "INAICTA" sejak 2007 silam. Indosat punya "IWIC", Telkomsel punya "NextDev", dan XL punya "GameHack".Semua bertujuan sama: menumbuhkan ekosistem startup lokal agar mampu bersaing di ranah global. Lalu, apakah tujuan itu telah tercapai?Menurut pendiri "Educa Studio" Andi Taru Nugroho, kompetisi startup lokal tak ubahnya ajang bagi-bagi hadiah tanpa visi. "Menang, dapat hadiah, selesai," kata Andi beberapa saat lalu pada Nextren.

Ia berkaca pada pengalamannya menang INAICTA 2013 untuk kategori "edugames". Setelah menang, Andi mengikuti inkubasi selama dua hari lewat program lanjutan "Startup Night".

"Judulnya inkubasi tapi hanya dua hari nginap di hotel. Menurut saya itu hanya formalitas," ia menuturkan.

Selang dua tahun, penyelenggaraan INAICTA tak kunjung membaik, untuk tak mengatakan lebih buruk. Setidaknya itu anggapan Hendri Karisma, pemenang kategori "research & development" INAICTA 2015.

Ia menuding pemerintah ingkar janji. Menurut dia, pemenang INAICTA seharusnya dibimbing intens untuk kemudian diboyong ke kompetisi berskala regional APICTA (Asia Pacific ICT Alliance). Namun nyatanya hingga APICTA berakhir pada 22 November 2015 di Colombo, Sri Lanka, tak ada koordinasi sama sekali dari penyelenggara INAICTA. "Mengkomunikasikan tentang APICTA saja tidak, boro-boro inkubasi," ia mengeluh.

Hal serupa diungkapkan Fahmy Siddiq, salah satu pendiri "PiPoYa!" yang menang INAICTA tahun ini untuk kategori "digital animation". "Harusnya kami lanjut ke APICTA dan ide kami direalisasikan. Tapi itu semua cuma wacana pemerintah," kata dia.

Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo Septiana Tangkary menampik tudingan tersebut. Ia berdalih Kemenkominfo telah memenuhi janji memboyong pemenang INAICTA terbaik ke APICTA.

"Kami sudah bilang ke semua pemenang untuk siap-siap APICTA. Itu kan terbuka umum. Tapi tidak semua kami bawa ke sana. Harus dipilih yang benar-benar siap bersaing. Mereka yang terbaik yang kami bimbing," ia bercerita via telepon.

Adapun perwakilan yang ditunjuk ke APICTA, kata Septi, telah diseleksi oleh tim independen di luar Kemenkominfo. Ada empat kriteria yang dijadikan pertimbangan untuk mewakili Indonesia.

Keempatnya adalah kesesuaian dengan kategori dan tema lomba APICTA, keunikan produk, kualitas dan daya saing produk di kawasan Asia Pasifik, serta kemampuan mempresentasikan ide produk.

Hendri menganggap alasan Septi tak masuk akal. Kategori RnD yang ia menangkan pada INAICTA jelas-jelas dilombakan APICTA. Ia juga penasaran kapan seleksi dari tim independen itu dilangsungkan. Sebab, menurut dia, tak pernah ada pembicaraan ihwal seleksi itu.

"Kami ini yang menang INAICTA. Yang ikut ke APICTA kami tidak tahu siapa. Parameternya tidak jelas," ia mencak-mencak.Tak berhenti sampai di situ, Hendri mengkritik mekanisme persiapan pemerintah menghadapi APICTA secara umum. Menurut dia, pemerintah tergopoh-gopoh menyiapkan perwakilan negeri bertatap muka dengan para jagoan global. "Negara lain seperti Malaysia menyiapkan timnya selama setahun. INAICTA sendiri dibuat cuma dua bulan sebelum APICTA. Australia mengirim tim riset pemerintahan untuk menghadapi APICTA," ia mencontohkan. Septi mengklaim Kemenkominfo telah berupaya menyelenggarakan INAICTA sebaik mungkin. Kendati begitu, berbagai keluhan akan dijadikan bahan evaluasi ke depannya.

Septi juga menjelaskan upaya-upaya lain Kemenkominfo menumbuhkan dan mengembangkan ekosistem startup lokal. Tak semata-mata lewat INAICTA, tapi juga membuka inkubator industri teknologi di Bandung dan Yogyakarta.

Tahun depan, langkah kemenkominfo untuk startup dikatakan bakal lebih agresif. Salah satunya melalui program "1000 startup" . "Persiapannya sudah matang. Banyak yang kami gandeng. Tunggu saja tahun depan," kata staf khusus Menkominfo Lis Sutjiati saat ditemui usai pengumuman pemenang IWIC, beberapa saat lalu.

Seiring dengan itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga berikrar bakal unjuk gigi lewat program-program mutakhirnya 2016 mendatang. Tak berbentuk kompetisi startup, melainkan pemasaran startup lokal ke dunia global. Sejauh ini Bekraf telah wara-wiri ke Korea Selatan, Inggris, dan China, guna mencapai tujuan itu. "Nanti pintu bagi startup lokal bakal terbuka lebar ke kancah internasional," kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik.

Editor : Oik Yusuf

Baca Lainnya

Latest