Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Setelah 4G LTE, Lalu Apa?

Yoga Hastyadi Widiartanto - Senin, 07 Desember 2015 | 15:57
Menara base transceiver station (BTS)
Shutterstock

Menara base transceiver station (BTS)

JAKARTA, KOMPAS.com - Penataan frekuensi dan penerapan teknologi 4G LTE sudah di Indonesia sudah selesai dilakukan. Setelahnya, apa lagi yang akan digarap oleh operator dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)?Bila merujuk ke Jepang atau Korea Selatan, usai penerapan teknologi 4G LTE maka masih ada teknologi 5G yang menjanjikan kecepatan akses internet berkali lipat lebih tinggi.Namun Indonesia tampaknya belum mengarah ke sana. Baik pemerintah maupun operator telekomunikasi sementara ini akan fokus pada perluasan jangkauan dan optimalisasi jaringan berteknologi 4G LTE.Dalam diskusi akhir tahun 2015 "4G, What's Next?", Menkominfo Rudiantara mengatakan kementerian yang dipimpinnya hanya akan fokus pada dua hal saja hingga empat tahun mendatang."Sampai 2019, Kemenkominfo fokus dua saja, yaitu efisiensi dan broadband. Soal network kita dalami broadband," ujar pria yang akrab disapa Chief RA itu."Kita berikan ruang ke operator untuk membahas business model (4G LTE). Karena tanpa itu, kita tidak mungkin masuk ke 4G. Di Jepang itu masuk 5G karena ada olimpiade. Kita jangan euforia teknologi tapi nggak ada manfaatnya," imbuhnya.Soal broadband, Chief RA mengatakan saat ini sedang bersiap untuk membuka tender sumberdaya yang tersisa di frekuensi 2.100 MHz. Kemudian ada juga proses penyelesaian Palapa Ring yang akan menjadi backbone akses internet seluruh Indonesia.Sedangkan mengenai efisiensi, dia mengatakan akan berusaha mendorong sharing infrastruktur telekomunikasi aktif maupun pasif. Sharing yang dimaksud, misalnya berbagi radio acess network antara dua operator berbeda.Setelah menyelenggarakan 4G LTE komersil, pekerjaan rumah operator pun masih banyak. Diantaranya adalah mengubah dirinnya dari perusahaan telekomunikasi konvensional menjadi perusahaan digital.Direktur Jaringan Telkomsel Sukardi Silalahi, dalam acara diskusi yang sama, menungkap bahwa operator memang sudah harus berubah menajdi perusahaan digital. Mereka mesti memperhatikan tiga hal agar perubahan sukses, yaitu aspek regulasi, teknologi serta kultur.Pendapat senada juga terlontar dari Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli. Operator tidak punya pilihan selain mengubah diri menjadi perusahaan digital."Tidak ada pilihan, semua harus digital. Tidak hanya untuk konsumen, tapi juga untuk kami sendiri. Produk yang dikeluarkan nanti mesti sesuai dengan kebutuhan digital," pungkasnya.

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x