ISIS diyakini sebagai dalang penyerangan teroris di Paris, pekan lalu. Namun, oknum yang merancang serangan tersebut masih menjadi teka-teki.
Diduga kuat, Abdelhamid Abaaoud adalah salah satu otak di balik penyerangan. Alhasil, Selasa (17/11/2015) lalu 100 polisi Perancis mengepung apartemen Abdelhamid di Saint-Denis.
Abdelhamid dan rekannya yang juga diduga sebagai "arsitektur serangan" pun tewas tertembak. Lalu, dari mana polisi tahu tentang Abdelhamid dan posisinya di Saint-Denis?
Baru terungkap, sebagaimana dilaporkan Arstechnica dan dihimpun Nextren, Jumat (20/11/2015), polisi sebelumnya telah menemukan ponsel yang tak terenkripsi dan tak terblok di tempat sampah area konser Bataclan, Paris. Diketahui, area tersebut merupakan salah satu titik penyerangan di Paris.
Pada ponsel tersebut, ada pesan berbunyi "On est parti on commence," atau "Ayo, kita mulai!".
Setelah diteliti, informasi pada ponsel tersebut menuntun polisi pada kecurigaan kuat terhadap Abdelhamid dan keberadaannya di Saint-Denis. Pun begitu, polisi belum dapat mengidentifikasi pihak yang menerima pesan tersebut.
Ponsel tersebut kini dijadikan navigator oleh kepolisian dan para detektif Perancis. Dari hasil investigasi, para detektif pun menemukan titik terang.
Mereka meyakini ada petunjuk di sebuah hotel di Alfortville, Perancis. Benar saja, di hotel itu tertera akun bank Salah Abdeslam yang memesan dua kamar, semalam sebelum terjadi penyerangan. Sebagai catatan, Salah adalah salah satu buronan teroris yang belum tertangkap hingga kini.Snowden dituding terlibat
Terlepas dari itu semua, serangan Paris dijadikan peluang oleh pemerintah Amerika Serikat untuk meminta akses khusus ke jalur komunikasi terenkripsi. Atau lebih simpelnya, meminta akses untuk memata-matai seluruh komunikasi warga.
Hal ini juga dijadikan kesempatan untuk menyudutkan Edward Snowden yang selama ini aktif bersuara tentang pentingnya komunikasi terenkripsi.
Bahkan, mantan direktur CIA James Woosley menuding Snowden turut terlibat dalam berbagai aksi terorisme.
Menurut Woosley, jika pemerintah memiliki akses ke komunikasi terenkripsi, para teroris tak bakal gampang melancarkan serangan. Lembaga keamanan pasti akan lebih dulu tahu dan melakukan pencegahan, kata dia.