Survei Ungkap 71 Persen Orang Indonesia Berinvestasi Melalui Aplikasi

Rabu, 30 November 2022 | 17:30
Populix

Survei Populix mengenai investasi yang berjudul Insight and future trends of investment in Indonesia

Nextren.com - Fenomena pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 telah membuka mata banyak orang mengenai pentingnya perencanaan keuangan.

Momentum tersebut membuka kesadaran masyarakat mengenai dana darurat, asuransi kesehatan, hingga investasi.

Banyaknya orang yang mulai berinvestasi juga dapat dilihat dari pengguna aplikasi investasi Ajaib yang naik hingga 100% serta Tokopedia yang kini hadirkan reksadana pendapatan tetap agar investasi lebih bervariasi.

Baru baru ini Populix melakukan sebuah survei terkait dengan investasi, hal ini menjadi menarik karena pandemi telah berlangsung hampir 3 tahun.

Sebelumnya Populix juga kerap mengeluarkan survei mengenai minat belanja jelang Harbolnas dan aktivitas belanja melalui quick commerce.

Namun survei mengenai investasi ini berbeda, survei Harbolnas menyorotiberbagai hal tentang e-commerce.

Sedangan survei investasi ini dilakukan untuk melihat kesadaran dan perilaku masyarakat Indonesia dalam berinvestasi, serta rencana investasi mereka di masa depan.

Survei yang dilakukan dari tanggal 24-28 Oktober ini dilakukan secara onlinepada 1.038 responden laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun di Indonesia.

Dari hasil survei tersebut ditemukan 71% sudah mulai berinvestasi, angka tersebut naik dari hasil survei sebelumnya pada tahun 2021 yang hanya mencapai 44%.

Baca Juga: Riset Kearney: Indonesia Butuh Investasi Lebih Untuk E-government

Terdapat beberapa hal lain yang ditemukan dalam survei ini antara lain:

Tujuan Ivestasi Sebagian Besar Responden Untuk Dana Darurat

Sebanyak 64% responden di segala rentan usia mengatakan tujuan utamanya berinvestasi adalah untuk mengumpulkan data darurat.

Reksadana merupakan instrumen paling banyak dipilih oleh masyarakat yaitu sebanyak 47%.

Kemudian instrumen lainnya juga menjadi pilihan seperti emas 46%, saham 32%, logam mulia 30%, deposito 29%, properti 21%, hingga kripto 20%.

Selain itu Untuk mencari informasi seputar instrumen investasi, 68% masyarakat Indonesia memanfaatkan media sosial informasi resmi dari OJK 42%, teman atau rekan kerja 40%, situs resmi institusi keuangan 34%, dan influencer 32%.

Sumber Dana dan Platform Investasi Masyarakat Indonesia

5 dari 10 responden mengatakan mereka menyisihkan sebagian dana dari pendapatan rutin serta tabungan mereka.

54% dari mereka menyisihkan sekitar sekitar Rp 100.000 - Rp 250.000 pendapatan mereka.

Sedangkan untuk tabungan mereka mengalokasikan 5-10% untuk sumber dana investasi dari pendapatan lainnya, seperti tabungan, bonus atau penghasilan tambahan, THR, dana dari keluarga, dana darurat, dan hasil penjualan aset.

Kemudan sebagian besar responden, sebanyak 71% memilih untuk berinvestasi melalui aplikasi karena kemudahan dan modalnya relatif kecil.

Aplikasi bibit merupakan aplikasi paling banyak digunakan sebanyak 56%, kemudian ada dengan DANAeMAS 33%, Ajaib 28%, Tokopedia 25%, dan OVO Invest 20%.

Di sisi lain, 44% responden yang memilih untuk berinvestasi melalui bank, antara lain bank BRI 31%, BCA 31%, Bank Mandiri 30%, dan BNI 27%.

Baca Juga: Dukung Anak Muda Hindari Rugi Investasi Saham, Cuanz Hadirkan Virtual Trading

Pemahaman Masyarakat Mengenai Investasi

Namun diantara banyaknya orang yang telah melakukan investasi, masih terdapat 28% responden yang belum berinvestasi.

78% dari mereka mengatakan belum berinvestasi karena kondisi keuangan yang tidak mencukupi untuk memulai investasi.

Artinya juga banyak orang yang beranggapan investasi membutuhkan dana yang besar.

Hal tersebut dinyatakan oleh 36% responden yang, 32% orang lainnya mengatakan takut mengambil resiko, 20% kesulitan untuk memahami informasi seputar investasi, 14% trauma pengalaman penipuan investasi dan 8% bertentangan dengan kepercayaan atau berisiko mengandung riba.

Tag

Editor : Wahyu Subyanto