Parahnya Kekeringan di Eropa, Terburuk Dalam 500 Tahun Terakhir

Rabu, 24 Agustus 2022 | 21:35
pixabay

Ilustrasi kekeringan yang ditandai dengan kekurangan air disuatu wilayah, sehingga menyebabkan kegiatan manusia terganggu.

Nextren.com - Selain menghadapi krisis energi akibat embargo minyak dan gas Rusia, saat ini Eropa sedang dilanda kekeringan terburuknya dalam 500 tahun.

Dua pertiga wilayah Eropa pun disebut sedang ada dalam keadaan waspada, seperti dilaporkan Observatorium Kekeringan Eropa (EDO), yang ada di bawah Komisi Eropa, pada Rabu (24/8).

EDO melihat kondisi ini bisa menghambat arus distribusi darat, produksi listrik, serta komoditas tanaman tertentu.

EDO mencatat bahwa 47% wilayah Eropa ada dalam kondisi waspada defisit kelembapan tanah, dan 17% wilayah dalam keadaan siaga dengan tanaman yang sudah terpengaruh.

Kekeringan parah di Eropa ini telah memengaruhi banyak wilayah Eropa sejak awal tahun dan semakin meluas sejak awal Agustus.

Baca Juga: Rusia Siap Tutup PLTN Terbesar di Eropa, Bencana Radiasi Nuklir di Depan Mata!

Dilansir Reuters, wilayah Eropa-Mediterania barat mungkin akan mengalami kondisi yang lebih hangat dan lebih kering dari biasanya sampai November.

Bahkan gelombang panas selama berminggu-minggu sejak awal Agustus, juga dirasakan di sebagian besar wilayah Eropa.

Kondisi panas dan kering ini telah menyebabkan masalah kesehatan hingga kebakaran hutan.

Menurut EDO, curah hujan pertengahan Agustus mungkin telah meringankan kondisi kekeringan terparah ini.

Namun, terkadang hujan justru datang bersama badai petir yang menyebabkan kerusakan baru.

Kini seruan untuk melakukan lebih banyak tindakan demi mengatasi perubahan iklim, semakin sering terdengar.

Menurut Komisi Eropa, kekeringan saat ini sepertinya menjadi kondisi terburuk setidaknya dalam 500 tahun terakhir, dengan asumsi bahwa data akhir musim ini sesuai dengan perkiraan awal.

Kekeringan juga telah menurunkan hasil panen jagung yang kini hanya 16% di bawah rata-rata hasil panen lima tahun terakhir.

Begitu pula panen kedelai yang turun 15% dan panen biji bunga matahari turun 12%. Bahkan kekurangan air itu juga menghambat produksi pembangkit listrik tenaga air secara langsung.

Baca Juga: Panas! Menkeu AS Ajak Eropa Hancurkan Sistem Ekonomi China yang Merugikan

Selain itu, produsen listrik dengan sumber lain juga kesulitan mendapatkan air untuk mendinginkan mesin produksinya.

Selanjutnya rendahnya ketinggian air akhirnya menghambat proses distribusi.

Sejumlah perusahaan batubara dan minyak di sepanjang sungai Rhine terpaksa mengurangi beban, karena rendahnya ketinggian air yang bisa membahayakan kapal pengangkut.

Editor : Wahyu Subyanto