Pejabat China Ungkap Rencana Gelap AS di Perang Rusia dan Ukraina

Kamis, 11 Agustus 2022 | 11:00
kenny Holston/The New York Times

Pasukan militer AS dikirim ke Eropa Timur sebagai respon perang Rusia dan Ukraina

Nextren.com -Keterlibatan Amerika Serikat (AS) memegang peranan penting dalam perang Rusia dan Ukraina.

AS terus memberikan paket bantuan persenjataan dan peralatan militer bagi Kyiv dalam perang Rusia dan Ukraina.

Selain itu, AS juga menjadi promotor utama penerapan sanksi ekonomi kepada Rusia sebagai bentuk kecaman perang Rusia dan Ukraina.

Keterlibatan AS di perang Rusia dan Ukraina mendapat respon negatif dari beberapa pihak, termasuk China yang menjadi sekutu utama Rusia dalam krisis Ukraina.

Baca Juga: Ukraina Berniat Rebut Krimea dari Tangan Rusia untuk Amankan Laut Hitam

Baru-baru ini, pejabat China mengatakan bahwa AS merupakan sosok penghasut utama dari krisis Ukraina.

Dalam sebuah wawancara bersama kantor berita TASS, Duta Besar China untuk Rusia, Zhang Hanhui menuduh AS menyudutkan Rusia dengan upaya ekspansi NATO ke Eropa Timur.

AS disebut berusaha menyelaraskan Ukraina dengan Uni Eropa yang menyebabkan gejolak politik di Ukraina.

"Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington sementara memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dan terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina," ujar Zhang sebagaimana dikutip dari TASS (via Reuters).

Zhang juga berspekulasi bahwa AS berupaya menghancurkan eksistensi Rusia melalui krisis Ukraina.

"Tujuan utama mereka adalah menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan paket sanksi," sambungnya.

Baca Juga: Teror Nuklir Rusia di Ukraina Timur Makin Ngeri, Presiden Zelenskiy Peringatkan Dunia

Dalam wawancara tersebut, Zhang mengatakan hubungan China-Rusia telah memasuk "periode terbaik dalam sejarah".

Menurut Zhang, China dan Rusia memiliki tingkat saling percaya tertinggi, tingkat interaksi tertinggi, dan kepentingan strategis terbesar.

Dalam wawancara tersebut, Zhang juga mengutuk kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Zhang menyebutkan bahwa perilaku tersebut menjadi ancaman tertorial bagi China.

Ia mengklaim bahwa AS sedang mencoba menerapkan taktik adu domba China-Taiwan yang sama dengan krisis Ukraina.

"AS berniat menjalankan kembali mentalitas Perang Dingin untuk menahan eksistensi China dan memprovokasi persaingan serta konfrontasi kekuatan besar," ujarnya.

AS juga disebut telah melanggar prinsip-prinsip perdamaian dan stabilitas dunia karena melakukan banyak intervensi.

"Non-intervensi dalam urusan internal adalah prinsip paling mendasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas dunia kita," ujar Zhang yang mengkritik campur tangan AS atas masalah dalam negeri China.

(*)

Tag

Editor : Wahyu Subyanto