Nextren.com -Perang Rusia dan Ukraina berdampak besar bagi keamanan dunia internasional.
Sejumlah negara di berbagai belahan dunia merasakan ancaman keamanan teritorial yang berpotensi memunculkan perang baru.
Ancaman keamanan internasional ditanggapi oleh sejumlah negara dengan mengembangkan kekuatan militer dan persenjataan.
Hasil riset terbaru dari Stokcholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan dukungan Barat ke Kyiv meningkatkan ketegangan di antara 9 negara bersenjata nuklir di dunia.
Adapun 9 negara bersenjaa nuklir meliputi Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Cina,Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.
Baca Juga: Rusia Hancurkan Gudang Pertanian Terbesar Ukraina, Berusaha Ciptakan Krisis Pangan Global!
Jumlah penggunaan senjata nuklir meningkat signifikan di tahun 2022 dibandingkan dengan 2021.
Hal tersebut mengandung konsekuensi bahwa akan ada peningkatan produksi senjata nuklir di masa mendatang karena ancaman keamanan internasional.
Dilansir dari Reuters, SIPRI mengatakan bahwa persediaan hulu ledak nuklir global dapat segera meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
"Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan dan mengupgrade persenjataan mereka dan sebagian besar mempertajam retorikan nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka," ujar Direktur SIPRI Wilfred Wan.
Baca Juga: Spek Tank Marder IFV Untuk Ukraina, Kendaraan Amfibi Anti-Nuklir Penghancur Tank
SIPRI mengatakan bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas senjata nuklir menjadi tren yang mengkhawatirkan.
Tren nuklir ini disebut berpotensi memunculkan perang nuklir karena beberapa negara pemilik nuklirtengah menghadapi ancaman keamanannya sendiri.
SIPRI juga telah memperingatkan konsekuensi negatif dari tren ini.
Mereka menyebutnya sebagai dampak negatif yang belum pernah anda lihat sepanjang sejarah manusia.
Baca Juga: Diancam Rusia Akibat Gabung NATO, Finlandia Sudah Bangun Bunker Anti Nuklir untuk 1 Juta Orang
Data SIPRI menyebutkan jumlah hulu ledak nuklir global turun menjadi 12.705 pada Januari 2022 dari Januari 2021.
Diperkirakan hulu ledak dikerahkan dengan rudal dan pesawat dan sekitar 2.000 dari penggunaan hulu ledak nuklir merupakan milik Rusia atau AS.
"Hubungan antara kekuatan besar dunia semakin memburuk pada saat umat manusia dan planet menghadapi serangkaian tantangan bersama yang mendalam dan mendesak yang hanya dapat diatasi dengan kerja sama internasional," ujar Ketua Dwan SIPRI, Stefan Lofven.
(*)