Pasukan Rusia terlihat kesulitan untuk merampungkan invasinya karena banyak faktor, mulai dari kurangnya kesiapan, komunikasi, moral, hingga persenjataan modern.
Selama ini, banyak pihak menilai kekuatan tempur Rusia adalah salah satu yang terbaik di dunia.
Namun, pada kenyataannya kemampuan tempur Rusia hanya sebatas klaim belaka dari Putin dan petinggi Moskow lainnya.
Baca Juga: Rusia Pakai Tank T-62 Kuno di Ukraina, Stok Senjata Modern Mulai Menipis?
Mantan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan bahwa ekspektasi NATO dan negara Barat terhadap kekuatan tempu Rusia salah besar.
Rusia yang dulunya dianggap memiliki kekuatan tempur dahsyat, kini terbukti bahwa militer Rusia sangat lemah.
"Kami telah melebih-lebihkan kekuatan militer Rusia. Terlepas dari inestasi besar dalam peralatan militer dan pembukaan kembali pangkalan Soviet lama, kami telah melihat militer Rusia sangat lemah," ujar Rasmussen seperti dikutip dari Foreign Policy.
Setelah melihat betapa buruknya kondisi militer Rusia, beberapa perencana pertahanan AS dan Barat mendorong NATO untuk merebut kembali Ukraina dan memukul mundur Rusia.
Mereka beranggapan bahwa rencana perebutan kembali Ukraina akan berhasil jika menggunakan kombinasi yang tepat dari pasukan aliansi, struktur komando dan peralatan militer memadai.
Salah satu skenario yang paling mungkin diterapkan adalah perampasan cepat wilayah Ukraina.
Militer NATO bisa memulai perampasan dari negara-negara Baltik di sayap timur NATO.
Anggota NATO sendiri telah merencanakan dan menyiapkan latihan untuk merebut kembali Ukraina dari pasukan Rusia.
Para pemimpin Baltik sendiri diperkirakan akan mengusulkan agar NATO memperluas jejaknya di kawasan Baltik pada gelaran NATO Summit akhi Juni mendatan.
Jika ekspansi benar dilakukan, pasukan NATO di Baltik seharusnya dapat mengambil keutungan geo-politik untuk memberi tekanan lebih besar terhadap Rusia.
Baca Juga: Militer Ukraina dan Rusia Bertempur Sengit di Jalanan Sievierodonetsk, Berebut Kota Industri!
Meski rencana perebutan cepat terlihat sangat menjanjikan, analis militer memperingatkan bahwa perang di Ukraina masih tak menentu.
Rusia dapat belajar beradaptasi untuk meningkatkan kemampuan militernya agar tak mengulang kesalahan yang sama.
Beberapa analis juga mengungkapkan bahwa Rusia kemungkinan masih menyimpan kekuatan militer terbaiknya untuk kondisi-kondisi
"Saya tidak percaya bahwa kinerja yang sangat menyedihkan yang kami lihat beberapa bulan di Ukraina mencerminkan seluruh militer Rusia, ujar Skaluba, Direktur Ataltic Council's Tranatlantic Security Initiative.
(*)