Nextren.com -Duka mendalam kembali menyelimuti dunia pendidikan Amerika Serikat (AS).
Seorang remaja psikopat berusia 18 tahun melakukan penembakan massal secara brutal di sekolah dasar Robb di Uvalde, Texas.
Peristiwa penembakan massal tersebut terjadi pada Selasa (24/5).
Dilansir dari ABC News, penembakan massalini menewaskan sedikitnya 18 anak dan 3 orang dewasa.
Baca Juga: Jenderal Tertinggi AS Minta Perwira Muda Bersiap untuk Perang Robot dan Drone
Pembunuhan massal di Robb Elementary School kota Uvalde ini menjadi tragedi penembakan paling mematikan di sepanjang sejarah AS setelah peristiwa penembakan di Sandy Hook.
Serangan itu terjadi hanya 10 hari setelah amukan rasis yang mematikan di supermaket Buffalo, New York yang menambah serangkaian pembunuhan massal di gereja, sekolah, dan toko.
Uvalde sendiri merupakan kota yang didominasi oleh warga keturununan Amerika Latin danberjarak sekitar sejam dari perbatasan Mexico.
Baca Juga: Makin Panas! Presiden AS Siap Perang dengan China Jika Beijing Lancarkan Agresi ke Taiwan
Departemen Keamanan Piblik Texas, Erick Estrada mengatakan bahwa pria bersenjata itu telah membunuh neneknya sebelum pergi ke sekolah.
Uniknya, peristiwa penembakan ini bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-18.
"Itu adalah hal pertama yang dia lakukan pada ulang tahunnya yang ke-18," ujar Erick Estrada.
Saat melakukan aksinya, pelaku mengenakan body armor dengan handgun dan Assault Riffle sei otomatis.
Pelaku telah mengisyaratkan di media sosialnya tentang penembakan massal di Uvalde, Texas sebelum melancarkan aksinya.
Estrada menungkapkan bahwa pelaku datang di Robb Elemental School dengan menabrakan mobilnya di luar sekolah dan masuk ke dalam dengan bersenjata.
Baca Juga: AS Mulai Hilang Kesabaran, Ajak Korsel Hadapi Ancaman China dan Korea Utara
Dilansir dari ABC News, Kepala Polisi distrik Pete Aredondo menegaskan bahwa penyerang bertindak sendiri.
Penembakan massal yang dilakukan oleh remaja 18 tahun dihentikan oleh agen Patroli Perbatasan yang bekerja di lokasi kejadian.
Agen tersebut bergegas ke sekolah tanpa menunggu bantuan untuk menembak dan membunuh remaja psikopat tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, pejabat pemerintah belum mengungkap motif penembakan massal tersebut.
(*)