Pasca Lebaran Nilai Uang Kripto Anjlok Termasuk Bitcon, Ini Penyebabnya

Selasa, 10 Mei 2022 | 15:35
QuoteInspector.com

Mata uang kripto Bitcoin

Nextren.com - Selesai libur lebaran, pada hari Senin (9/5/2022), harga uang kripto Bitcoin anjlok dalam ke level terendah sejak Juli 2021.

Harga Bitcoin turun seiring dengan merosotnya pasar saham AS, di tengah kekhawatiran tentang jalur pengetatan agresif Federal Reserve, dilansir dari Reuters.

Harga cryptocurrency terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, bitcoin, turun ke level US$ 3.331,28, jatuh untuk lima sesi kelima berturut-turut. Bitcoin terakhir turun 9,8% ke level US$ 30.724.

Hari ini, Selasa 10 Mei 2022, harga Bitcoin anjlokk ke level US$ 30.914,6 atau sekitar Rp 450 juta (asumsi kurs Rp 14.561 per dolar AS).

Sepanjang Mei, harga bitcoin telah turun 19%, dan telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa di level US$ 69.000 (Rp 1 miliar) pada November tahun lalu.

Baca Juga: Internet Kazakhstan Dimatikan Karena Rusuh, Harga Bitcoin Anjlok

Di sisi lain, Indeks S&P 500 pada hari Senin anjlok dan mencapai level terendah sejak April 2021.

Penurunannya didominasi aksi jual saham berkapitalisasi raksasa. Adapun indeks Nasdaq turun lebih dari 3%.

Salah satu saham yang memberatkan indeks Nasdaq dan S&P 500 adalah penurunan saham Apple yang mencapai 3% lebih.

Menurut Alex Miller, CEO Hiro, volatilitas di pasar berasal dari aksi spekulasi.

Karena Bitcoin sangat spekulatif, maka harga dan pasar crypto lainnya turun bersama dengan pasar umum.

Hiro adalah perusahaan yang membangun pengembangan Stacks, sebuah aplikasi untuk jaringan dan kontrak pintar bitcoin.

Tak hanya Bitcoin, cryptocurrency terbesar kedua di dunia yang digunakan untuk blockchain Ethereum, juga turun ke level US$ 2.245, terendah sejak akhir Januari.

Sedangkan memecoin shiba inu (SHIB) anjlok lebih dalam sebesar 13 persen.

Melemahnya Bitcoin terjadi bersamaan dengan TerraUSD (UST) yang kehilangan underlying asset-nya terhadap dolar.

Penurunan itu menambah tenaga pada Ahad malam lalu karena pasar ekuitas Asia dan indeks saham berjangka AS dibuka turun tajam.

Baca Juga: Terbongkarnya Penipuan Besar Berbasis Bitcoin di Brasil Senilai Rp 100 Triliun

Miller memberikan saran terkait kondisi tersebut. Hal terpenting yang harus dilakukan saat pasar bearish adalah mempertahankan portofolio yang seimbang dan tidak terlalu banyak berinvestasi dalam aset yang tidak mampu untuk menunggu lama.

Dari sejarah penurunan yang pernah ada, hal terbaik yang bisa dilakukan dengan aset jangka panjang seperti bitcoin adalah menahan, atau bahkan menambah posisi jika dana tersedia.

Matt Dibb, chief operating officer platform crypto Stack Funds, mengatakan faktor lain dalam penurunan bitcoin terjadi selama akhir pekan selama likuiditas pasar crypto yang terkenal rendah.

Dibb juga menilai, ada juga ketakutan jangka pendek bahwa stablecoin algoritmik Terra USD (UST) dapat kehilangan posisinya terhadap dolar.

Stablecoin adalah token digital yang dipatok ke aset tradisional lainnya, salah satunya adalah dolar AS.

UST diawasi dengan ketat, baik karena cara baru mempertahankan pasak dolar 1 : 1 dan karena pendirinya telah menetapkan rencana untuk membangun cadangan bitcoin senilai US$ 10 miliar untuk mendukung stablecoin.

Artinya, volatilitas di UST berpotensi tumpah ke pasar bitcoin.

Tag

Editor : Wahyu Subyanto