Nextren.com - Negara Kazakhstan sedang dilanda kerusuhan besar, yanga awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar yang sangat tinggi di awal tahun.
Padahal mayoritas kendaraan warga Kazakshtan memakai bahan bakar gas cair (LPG).
Naiknya harga gas bumi global sejak tahun lalu, membuat Pemerintah Kazakhstan mencabut subsidi harga bahan bakar gas mulai 1 Januari 2022.
Akhirnya pecah aksi protes yang awalnya damai menjadi penuh kekerasan dan memakan korban jiwa.
Untuk meredam kerusuhan makin meluas, Pemerintah Kazakhstan mematikan layanan internet sejak Rabu (5/1/2022) waktu setempat.
Sebenarnya pemadaman internet bertujuan untuk mengganggu komunikasi para pengunjuk rasa.
Namun ternyata dampaknya jauh lebih luas, hingga mengganggu aktifitas para penambang (miner) mata uang kripto (cryptocurrency) Bitcoin di sana.
Terganggunya miner di Kazakhstan ikut berdampak besar pada harga uang kripto dunia, termasuk harga Bitcoin yang turun.
Apa sebabnya? Jumlah penambang Bitcoin di Kazakhstan salah satu yang terbesar di dunia, yaitu tahun lalu di urutan kedua setelah Amerika Serikat.
Maka pemadaman listrik tersebut menumbangkan 15 persen jaringan Bitcoin di seluruh dunia, menghambat operasi Bitcoin secara global.
Baca Juga: Kota Bitcoin Pertama di Dunia Akan Ada di El Savador, Begini Konsepnya
Bahkan di Kazakhstan terdapat 18,1 persen penambang Bitcoin secara global, menurut data Cambridge Centre for Alternative Finance.
Melonjaknya penambang Bitcoin di Kazakhstan terjadi sejak China menutup pusat penambangan Bitcoin tahun lalu.
Akhirnya penambang Bitcoin di China pindah ke Kazakhstan, apalagi tarif listrik di Kazakhstan juga cukup murah.
Selama ini, operasi Bitcoin memang sangat bergantung pada jaringan atau miner yang beroperasi.
Jadi makin banyak jaringan penambangan (mining) yang beroperasi, maka makin besar pula kekuatan komputasi (hashrate) untuk menambang Bitcoin.
Jika negara-negara yang dominan pada operasi Bitcoin seperti Kazakhstan tidak bisa mengakses internet, maka operasi Bitcoin pasti akan terpengaruh, termasuk nilainya.
Harga Bitcoin Kamis (6/1/2022) menurun 8 persen menjadi sekitar 43.000 dolar AS (sekitar Rp 617 juta) per keping.
Sebenarnya, internet di Kazakhstan sudah pulih sejak hari Kamis (6/1/2022).
Namun, ternyata harga Bitcoin belum naik lagi, masih tetap seharga 43.000 dollar AS per keping.
Apakah harga Bitcoin akan kembali naik dalam waktu dekat, belum ada indikator yang terlihat.
Jadi begitu pentingnya akses internet bagi operasi Bitcoin, apalagi jika banyak komunitas miner di negara seperti Kazakhstan.