Nextren.com - Ramadan dan Lebaran tahun ini sudah mulai dekat waktunya. Apalagi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa Ramadhan 1443 Hijiriah, yang jatuh pada Sabtu, 2 April 2022.
PP Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah lewat hisab hakiki wujudul hilal sesuai pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Dengan penetapan jauh hari seperti ini, kalian yang berencana mudik bisa bersiap lebih matang, seperti meminta cuti, memesan tiket atau menabung dananya.
Selain pengumuman soal awal puasa 1 Ramadhan, PP Muhammadiyah juga mengumumkan tanggal 1 Syawal atau Lebaran, yang jatuh pada 1 Syawal 1443 H pada Senin Pon, 2 Mei 2022 M. Lalu Hari Arafah jatuh pada Jumat Kliwon, 8 Juli 2022 M.
Baca Juga: Sinopsis Film Jurassic World: Dominion, Akan Tayang 10 Juni 2022
Adapun Hari Raya Idul Adha atau 10 Zulhijah akan jatuh pada Sabtu Legi, 9 Juli 2022 M.
Berikut isi lengkap maklumat Muhammadiyah:
- 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada Sabtu Pon, 2 April 2022 M
- 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin Pon, 2 Mei 2022 M
- 1 Zulhijah 1443 H jatuh pada Kamis Pahing, 30 Juni 2022 M
- Hari Arafah (9 Zulhijah 1443 H) Jumat Kliwon, 8 Juli 2022 M
- Idul Adha (10 Zulhijah 1443 H) Sabtu Legi, 9 Juli 2022 M.
Jika PP Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa dan lebaran tahun ini, maka ada penetapan puasa dan lebaran dengan metode berbeda yang baru akan dilakukan menjelang hari H, yaitu metode rukyat.
Metode Rukyat atau Rukyatul Hilal dilakukan dengan mengamati penampakan hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan di Kalender Hijriah.
Baca Juga: Ibadah Haji Virtual Lewat Metaverse Lagi Tren, Begini Kata MUI
Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Zulhijah, Ramadhan, dan Syawal.
Metode Rukyat ini dilakukan Kementerian Agama bekerjasama dengan ormas Islam, pakar BMKG, pakar Lapan, dan pondok pesantren di daerahnya.
Pemantauan itu dilakukan agar tidak terjadi "salah lihat". Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.
Kalau di bawah 2 derajat berarti belum rukyat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah artinya dengan ketinggian di bawah itu kemungkinannya kecil untuk bisa dilihat.