Internet IndiHome Mati Karena Kabel Bawah Laut Putus, Kenapa Tak Pakai Satelit?

Rabu, 22 September 2021 | 18:30
mathscinotes

Ilustrasi proses pemasangan kabel bawah laut

Nextren.com - Putusnya jaringan internet IndiHome membuat netizen se-Indonesia meradang dan mengumpat di medsos.

Ternyata hal itu akibat putusnya sistem komunikasi laut Jawa, Sumatera, dan Kalimantan untuk ruas Batam-Pontianak.

Tanpa kita sadari, berbagai kemudahan yang kita nikmati untuk belajar dan bekerja online, sebagian besar bertumpu pada jaringan kabel fiber optik bawah laut ini.

Segala jenis kabel bisa dibilang rentan rusak dan putus, tak terkecuali kabel fiber optik bawah laut, yang mentransmisikan 99 persen koneksi internet di seluruh dunia.

Baca Juga: Jaringan Internet IndiHome Lemot, Telkom: Kabel Laut Bermasalah!

Bukan karena digigit ikan, misalnya ikan hiu, kerusakan pada kabel bawah laut mayoritas disebabkan oleh ulah tangan manusia, seperti memancing, menjatuhkan dan menyeret jangkar sembarangan, dan lain sebagainya.

Jika dibayangkan, kerusakan kabel macam ini sangat bisa dihindari, apabila penyedia internet mengandalkan teknologi satelit untuk menyediakan layanannya.

Sebab, satelit sejatinya memang tak menggunakan kabel dan hanya mentransmisikan gelombang radio ke antena-antena yang ada di bumi.

Selain itu, teknologi kabel mungkin dianggap lebih "lawas" dibanding teknologi satelit yang terdengar lebih canggih. Lantas, mengapa penyedia layanan internet tak menggunakan satelit untuk menyalurkan internet?

Mengapa masih pakai kabel yang harus dibentangkan lewat bawah laut?

Hal utama yang membuat kabel bawah laut lebih dilirik adalah kapasitas bandwidth dan kecepatan transmisinya.

Kabel bawah laut bisa memiliki bandwidth hingga ukuran beberapa terabit per detik.

Di sisi lain, satelit biasanya hanya memiliki bandwidth 1.000 megabit per detik (1000 megabit = 0,001 terabit).

Baca Juga: Kabel Bawah Laut Asia-America Gateway (AAG) Putus, Firstmedia Sebut Tak Terkait dan Jaringannya Normal

Selain bandwidth-nya yang besar, kabel bawah laut juga bisa mentransmisikan data lebih cepat dibanding satelit. Bahkan, sejumlah ilmuwan sempat mengembangkan kabel fiber optik yang memiliki kecepatan yang nyaris sama dengan kecepatan cahaya.

Di sisi lain, transmisi data dari satelit ke Bumi biasanya membutuhkan waktu yang tidak instan, tergantung jarak satelit tersebut ke titik atau server tujuan.

Nah, kecepatan transmisi data ini sering dikaitkan dengan latensi, atau berapa lama waktu yang dibutuhkan data untuk bergerak dari satu server ke server lainnya.

Dengan kata lain, penggunaan kabel laut akan turut memangkas latensi serendah mungkin, sehingga pengguna bisa memberikan informasi melalui internet secara real time.

Selain itu, biaya pengelolaan dan perbaikan kabel bawah laut juga disebut lebih murah dibanding satelit, menjadikan kabel bawah laut agaknya pilihan yang cocok untuk pembangunan infrastruktur.

Minim gangguan elektromagnetik

Di samping cepat dan murah, kabel bawah laut juga disebut tahan terhadap gangguan gelombang elektromagnetik (electromagnetic interference/EMI), tak seperti satelit yang akan rentan terhadap gangguan tersebut.

Baca Juga: Jaringan Fiber Optic Palapa Ring Ribuan Km Siap Layani Akses 4G di Wilayah Pinggiran

(MentalFloss)
(MentalFloss)

Ilustrasi kabel bawah laut sedang diperbaiki.

Mengapa satelit rentan EMI?

Hal ini disebabkan karena gelombang radio bisa bertabrakan dengan gelombang elektromagnetik di suatu titik, sehingga koneksi internet bisa saja terganggu.

Meski demikian, karena satelit mengorbit di luar bumi, maka koneksi internet yang dipancarkan bisa disediakan ke berbagai wilayah yang berbeda, seiring pergerakan satelit tersebut.

Di sisi lain, kabel bawah laut memang sudah dipatenkan di tempatnya bersama dengan sejumlah landing points (titik di mana kabel naik ke daratan), yang bakal mentransmisikan sinyal data ke penerima sinyal (cell tower) atau base transceiver station (BTS) terdekat.

Selain mobilitasnya tinggi, satelit juga bisa menyediakan koneksi internet di area yang tak bisa dijangkau oleh kabel bawah laut.

Beberapa di antaranya seperti daerah pedalaman, pegunungan, dan benua Antartika yang merupakan salah satu wilayah di dunia tanpa internet kabel bawah laut, sebagaimana dirangkum dari MentalFloss, Rabu (22/9/2021). Terlepas dari jangkauan dan mobilitasnya, kabel bawah laut sendiri lebih dipilih dibanding satelit untuk koneksi internet mungkin karena kapasitas bandwidth dan kecepatan transmisinya tadi.

Terlebih, kehadiran beragam teknologi terkini, seperti cloud, 5G, dan lain sebagainya, menuntut segalanya harus dilakukan dan ditransmisikan dengan serba cepat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kabel Internet Bawah Laut Rentan Putus, Mengapa Tak Pakai Satelit?"Penulis : Bill Clinten

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya