Nextren.com - Bagaimana wajah Facebook di masa depan? Apakah masih seperti sekarang? Ternyata menarik sekali dan berbeda dibanding kondisinya sekarang, seperti sudah dipaparkan oleh pendirinya, Mark Zuckerberg.
Mark telah menetapkan visinya untuk mengubah Facebook dari jaringan media sosial menjadi "perusahaan metaverse" dalam lima tahun ke depan.
Metaverse adalah dunia online tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dalam lingkungan virtual, terutama menggunakan headset VR (Virtual Reality).
CEO Facebook itu menggambarkannya sebagai "internet yang tak hanya untuk melihat konten, tapi Anda bisa berada di dalamnya", seperti dilansir BBC (25/7).
Baca Juga: Zoom Bocorkan Data Pengguna ke Facebook dan Google, Harus Ganti Rugi 1,2 Triliun!
Kepada The Verge, Mark berkata bahwa orang-orang seharusnya tidak hanya berinteraksi dengan smartphone seperti saat ini.
“Banyak rapat yang kita lakukan hari ini, Anda melihat deretan wajah di layar. Itu juga bukan cara kami memproses sesuatu,” ujarr Mark.
'Kantor tak terbatas'
Salah satu aplikasi metaverse yang dibuat, bisa membuat pengguna melompat secara virtual ke konser 3D, segera setelah menonton konser itu di layar ponselnya.
“Anda merasa hadir dengan orang lain seolah-olah Anda berada di tempat lain, memiliki pengalaman berbeda yang tidak dapat Anda lakukan di aplikasi atau halaman web 2D, seperti menari, misalnya, atau berbagai jenis kebugaran,” katanya.
Facebook juga sedang menyiapkan “kantor tanpa batas” yang memungkinkan pengguna menciptakan tempat kerja ideal mereka melalui VR..
“Di masa depan, daripada hanya sekedar menelepon, Anda bisa duduk dalam bentuk hologram di sofa saya atau sebaliknya saya bisa duduk sebagai hologram di sofa Anda, dan itu akan benar-benar terasa nyata."
"Rasanya seperti kita berada di tempat yang sama, bahkan jika kita berada di negara bagian yang berbeda atau terpisah ratusan mil,” katanya.
Facebook telah banyak berinvestasi dalam teknologi realitas virtual (VR), dengan menghabiskan $ 2 miliar (Rp 28 triliun) untuk mengakuisisi Oculus, yang mengembangkan produk VR-nya.
Baca Juga: Presiden AS Tuduh Media Sosial Membuat Warga Terbunuh Karena Covid-19
Pada tahun 2019, diluncurkan Facebook Horizon, sebuah lingkungan imersif khusus untuk undangan, di mana pengguna bisa berbaur dan mengobrol di ruang virtual dengan avatar kartun lewat headset Oculus VR.
Zuckerberg mengakui headset VR saat ini "sedikit kikuk" saat dipakai dan perlu ditingkatkan agar orang bisa bekerja di dalamnya sepanjang hari.
Namun dia berpendapat bahwa metaverse Facebook akan “dapat diakses di platform komputasi yang berbeda” termasuk VR, AR (augmented reality), PC, perangkat seluler, dan konsol game.
Asal-usul metaverse
Konsep metaverse populer di kalangan perusahaan teknologi yang meyakini bahwa hal itu bisa menjadi internet 3D baru, yang menghubungkan dunia digital dimana orang-orang berkumpul dalam realitas virtual.
Asal-usulnya berasal dari novel fiksi ilmiah Neal Stephenson tahun 1992, Snow Crash, di mana ia berfungsi sebagai penerus internet berbasis realitas virtual.
Perusahaan teknologi telah mencoba menerapkan elemen metaverse dalam game populer termasuk Animal Crossing, Fortnite, dan Roblox.
Hal itu termasuk aktifitas acara langsung seperti konser dan turnamen di mana jutaan pemain dapat berinteraksi dari seluruh dunia.
Baca Juga: Aplikasi Bawaan Apple dan Google Dominasi Smartphone, Facebook Kesal
Data perilaku pengguna
"Alasan Facebook mau berinvestasi begitu besar dalam VR/AR adalah karena data rinci yang tersedia saat pengguna berinteraksi di platform ini, lebih tinggi daripada di media berbasis layar," Verity McIntosh, pakar VR di Universitas dari Inggris Barat, kepada BBC.
"Data rinci ini tak hanya berupa informasi di mana saya mengklik dan apa yang saya bagikan, tapi data ini berisi tentang ke mana saya pergi, bagaimana saya berdiri, dan apa yang saya lihat paling lama, cara halus saya menggerakkan tubuh secara fisik dan bereaksi terhadap rangsangan tertentu. Ini adalah jalur langsung ke alam bawah sadar saya dan itu adalah tambang emas bagi seorang kapitalis data."
Menurut Verity, tampaknya tidak mungkin Facebook akan mengubah model bisnisnya untuk memprioritaskan privasi pengguna yang selama ini diinginkan penggunanya.
Pasalnya Facebook sudah mendapatkan banyak keuntungan bisnis dengan memanfaatkan data penggunanya secara rinci.