Jaringan Fiber Optik Palapa Ring Timur Sudah Dibangun Ribuan KM, Menunggu Kesiapan Operator Seluler Masuk

Rabu, 23 September 2020 | 15:53
Palapa Ring

Proses pembangunan proyek Palapa Ring Timur. Karena sulitnya medan, komponen menara BTS diangkut helikopter

Nextren.com – Indonesia adalah negara yang sangat besar dan luas, dengan belasan ribu pulau yang sangat tersebar.

Hal itu menimbulkan tantangan tersendiri saat pemerintah ingin melakukan pemerataan akses telekomunikasi, agar komunikasi antar wilayah berlangsung lancar dimanapun lokasinya.

Maka pemerintah punya program 'tol langit' yang telah sukses diresmikan oleh Presiden Jokowi pada akhir tahun lalu.

'Tol langit' yang digagas ini bentuknya berupa pembangunan Palapa Ring.

Dibukanya Palapa Ring ini merupakan momentum besar bagi Indonesia, karena untuk pertama kalinya 514 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia telah terhubung dengan jaringan serat optik nasional dan tower microwave.

Baca Juga: 73 Persen Konsumen Dunia Lebih Pilih Smartphone di Bawah Rp 5 juta

Pemerintah berharap dengan rampungnya proyek nasional yang dibangun oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) ini, maka tujuan pemerataan akses telekomunikasi dan informasi di seluruh Indonesia bisa terwujud.

Tujuan ini Khususnya daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) dan memutus ketimpangan digital.

Penggelaran Palapa Ring terbagi menjadi tiga paket tahap yakni Palapa Ring Barat meliputi wilayah Riau dan kepulauan Riau (sampai dengan Natuna) yang rampung digelar pada Maret 2018.

Berikutnya Palapa Ring Tengah mencakup wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai kepulauan Sangihe-Talaud) yang telah selesai digelar pada Desember 2018.

Baca Juga: Keren! Facebook Uji Coba Fitur Klaim Foto, Bye Bye Akun Fake Tukang Tipu

Terakhir adalah Palapa Ring Timur yang menjangkau wilayah NTT, Maluku, Papua Barat dan Papua, yang saat ini telah selesai juga konstruksinya dan sudah diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Negara tanggal 14 Oktober 2019.

Palapa Ring Timur merupakan proyek paling besar dari antara 2 proyek lainnya dengan total panjang kabel serat optik darat (inland) 2.453 KM dan kabel serat optik laut (submarine) membentang sejauh 4.426 KM.

Selain itu, Palapa Ring Timur juga dilengkapi dengan konstruksi 52 menara tower microwave dan 49 unit HOP agar dapat menjangkau 35 kabupaten/kota yang melalui 4 provinsi.

Pada tol langit paket timur ini terdapat 9 proyek yang sedang berjalan, yaitu proyek 9 sampai proyek 17.

Baca Juga: Jadi Produk Termurah, iPhone SE (2020) Resmi Masuk Indonesia 2 Oktober

Palapa Ring
Palapa Ring

Bahan-bahan pembuatan menara BTS untuk Palapa Ring di pedalaman, harus diangkut dengan helikopter.

Hingga September 2020, total utilisasi dari ke 9 proyek ini telah mencapai 14% untuk utilisasi Fiber Optic dan 45% untuk utilisasi microwave.

Rendahnya utilisasi yang dialami oleh Palapa Ring Timur saat ini disebabkan beberapa hal.

Masalah pertama adalah kurangnya peran penyedia layanan telekomunikasi.

Perlu dipahami bahwa Palapa Ring Timur hanyalah penyedia backbone serat optik.

Sedangkan untuk menghadirkan akses internet cepat bagi masyarakat, dibutuhkan peran operator telekomunikasi seperti Telkomsel, XL, Indosat dan lainnya.

Baca Juga: Kabar Merger, Grab Disebut Lebih Butuh Gojek untuk Bertahan Karena Alasan Ini

Umumnya, kebanyakan operator yang ada di Indonesia memiliki banyak pertimbangan sebelum masuk ke suatu area komersial baru.

Pertimbangan itu misalnya jumlah populasi penduduk, potensi pengguna data, potensi ekonomi daerah, skala ekonomi masyarakat, dan nilai strategis suatu wilayah.

Hal ini menimbulkan salah persepsi dan pertanyaan di masyarakat, mengapa kehadiran Palapa Ring Timur belum juga memberikan akses internet yang layak bagi masyarakat.

Namun banyak pihak merasa optimis, karena proses negosiasi dan integrasi dengan beberapa operator, saat ini sedang berjalan.

Masalah kedua, adanya kesenjangan jumlah penduduk yang cukup tinggi antar wilayah yang dilewati serat optik Palapa Ring Timur ini.

Baca Juga: Inilah Kuota Data Gratis Dari Kemdikbud untuk Belajar Online Hingga 50GB per bulan

Wilayah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) hanya ditempati penduduk dalam jumlah sangat sedikit, sehingga normal jika memiliki utilisasi rendah karena memang tidak banyak yang menggunakan internet.

Hal ini berbanding terbalik dengan wilayah di Papua yang ramai penduduk yang masuk kepada Proyek 16 (Jayapura, Elelim, Wamena, Kenyam, Sumohai, Dekai, Oksibil, dan Waropoko), utilisasi telah mencapai 100%.

Kompleksitas dalam pemeliharaan infrastruktur Palapa Ring Timur ini tidak lepas dari beberapa aspek seperti geografis, keadaan alam, faktor cuaca, bencana alam, hingga vandalism (sampai dengan ancaman jiwa) menjadi tantangan tersendiri.

Belum lagi banyak menara yang dibangun berada di lokasi dengan ketinggian 3000 meter, yang tentu membutuhan effort lebih besar dalam proses pemeliharaannya.

Baca Juga: Ada Paket Internetan Unlimited Mulai Rp 1.000 Sehari Dari 3 Indonesia

Untungnya hal itu tidak menjadi halangan dan kendala bagi team Maintenance PT. Palapa Timur Telematika untuk menjaga stabilitas dan pemeliharaan infrastruktur Jaringan Palapa Ring Timur ini.

Radiws Darwan sebagai VP Field Operation PT. Palapa Timur Telematika, mengatakan bahwa saat ini pengoperasian dan pengelolaan jaringan telekomunikasi serat optik Palapa Ring Timur masih terus dilakukan oleh PT Palapa Timur Telematika melalui segala tantangan dan keterbatasannya. Namun mereka tetap optimis adanya peningkatan utilisasi yang signifikan.

"Sudah menjadi tanggung jawab kami agar infrastruktur jaringan dapat berjalan dengan optimal namun efisien. Kami menjalin kerjasama dengan operator terpilih untuk dapat memberikan layanan dan solusi akses Internet bagi masyarakat wilayah timur pada umumnya” ujar Radiws tentang ketersediaan internet bagi masyarakat di sana.

Baca Juga: Sharp Umumkan Temuan Teknologi Plasmacluster Bisa Bantu di Pandemi Ini

Pada akhirnya dengan kehadiran Palapa Ring Timur sebagai wadah akses internet berkecepatan tinggi tersebut, diharapkan dapat melajukan perkembangan masyarakat bagian Timur Indonesia dari segala aspek kehidupan lewat pemerataan nformasi, seperti pendidikan, perekonomian, perdagangan, pariwisata, dan lain sebagainya.

Apalagi di masa pandemi seperti ini, yang menuntut masyarakat untuk beradaptasi lewat kondisi normal baru dan mempercepat perubahan perilaku masyarakat menuju era digital lewat pemanfaatan teknologi.

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya