Laporan Wartawan Nextren, Kama Adritya
Nextren.grid.id -Makanan fast food atau makanancepat saji adalah salah satu solusi untuk mengisi perut yang lapar dalam waktu yang cepat dan harga tidak terlalu mahal.
Bahkan kita bisa beli makanan tanpa harus turun dari mobil ataupun motor, lewat layanan drive through di restoran fast food.
(BACA:10 Hape Xiaomi Garansi Resmi Indonesia, Lebih Terjamin Kualitasnya)
Namun, para pemilik restoran fast food sedang gundah dan berencana untuk memanfaatkan teknologi agar bisnis mereka tetap bertahan.
Mengapa mereka gundah? Dan apa yang akan mereka lakukan dengan teknologi?
Robot versus manusia..
Kegundahan restoran fast food
Restoran fast food seperti McDonalds, KFC, Wendys, Domino Pizza, dan lain sebagainya itu sangat mengandalkan kecepatan saji dan ketersediaan makanan saat pelanggan datang.
Namun di atas itu semua, restoran fast food harus menekan harga makanan mereka serendah mungkin.
Karena konsumen pasar mereka sudah memiliki mindset di mana makanan fast food itu tidaklah semahal harga makanan di restoran lain.
Sedangkan harga upah buruh semakin naik. Tingkat kenaikannya tidak berbanding lurus dengan tingkat inflasi ekonomi, sehingga revenue keuntungan yang diperoleh para pemilik restoran tersebut semakin tergerus dan berkurang.
(BACA:5 Fakta Andromax Prime, Sudah 4G Tapi Kini Cuma Rp 200 Ribuan)
Sebagai contoh, di Amerika sana sedang disusun undang-undang yang mewajibkan para pengusaha untuk memberikan upah minimum (UMR) sebesar 15 dolar per jam (sekitar 200 ribuan rupiah).
Padahal harga jual makanan fast food di Amerika cenderung stabil dan jarang mengalami perubahan.
Hal tersebut membuat para pengusaha restoran fast food yang kebanyakan berasal dari Amerika ini untuk investasi besar-besaran dalam teknologi.
Sayangnya, teknologi itu dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manusia di dalamnya.
Teknologi pengganti manusia
Domino's Pizza merupakan salah satu pelopor dari restoran fast food yang berinvestasi besar-besaran ke teknologi.
Mereka melakukan berbagai macam pengembangan dalam hal teknologi. Baik itu dalam bentuk apps, hardware, sampai robot.
(BACA:11 Merek Smartphone Ini Dukung 4.5G, di Indonesia Sudah Bisa Dipakai)
Meski tidak semua pengembangan tersebut berhasil, namun upaya mereka dalam mengembangkan aplikasi mobile dan website membuahkan hasil.
Langkah yang diambil mereka tersebut membuat saham mereka meroket naik dan bahkan berani mengeluarkan klaim bahwa Domino's Pizza bukan hanya perusahaan di bidang fast food, melainkan juga sebagai perusahaan teknologi yang inovatif seperti Microsoft ataupun Apple.
Keuntungan tersebut membuat para pengusaha di bidang fast food ini ikut-ikutan dalam hal investasi teknologi.
Hal tersebut memulai perlombaan dalam mencari teknologi terbaru yang dapat membantu usaha restoran fast food dalam mencari profit. Salah satunya adalah dengan melakukan penghematan pengeluaran untuk sumber daya manusia.
Inovasi dalam restoran fast food
Makin ketatnya persaingan inovasi teknologi di antara restoran fast food membuat pengembangan tersebut menjadi semakin maju dan pesat.
Domino's Pizza melakukan pengembangan apps-nya yang terbukti berhasil ke arah pelayanan otomatisasi (automation), seperti chat bot untuk menerima pesanan pembeli.
(BACA:Deretan Smartwatch Rp 100 Ribuan Ini Bakal Maksimalkan Derajat Kerenmu)
Hal ini juga dilakukan oleh Taco Bell dan Subway dalam pengembangan chat bot. Taco Bell mengembangkan aplikasi mobile yang dapat menerima pesanan lewat chat messenger ala WhatsApp. Kamu cukup input pesanan kamu ke halaman chat, layaknya seperti sedang berbincang dengan manusia.
Subway bahkan menggunakan Facebook Messenger untuk menerima pesanan lewat chat bot mereka di Facebook. Jadi kamu cukup membuka Facebook untuk memesan roti sandwich, dan makanan tersebut akan diantar. Semua tanpa manusia di layanan chatting tersebut.
Domino's Pizza pun melakukan pengembangan yang lebih canggih lagi. Yaitu dengan teknologi machine learning dan voice recognition. Di mana kamu cukup log in, dan bicara ke dalam aplikasi mobile tersebut, dan sistem akan mengenali suaramu dan memberikan rekomendasi berdasarkan kesukaanmu.
Pengembangan robot sebagai pengganti manusia
Bukan hanya robot dalam bentuk software saja, melainkan juga robot dalam hal hardware yang secara harafiah akan menggantikan fisik manusia dalam pelayanan di restoran fast food.
Mantan CEO McDonalds di Amerika, Ed Rensi, beberapa tahun yang lalu pernah mengatakan bahwa jika upah karyawan sebesar300ribu per jam, maka biayanya akan lebih efisien dan efektif untuk menggunakan robot seharga ratusan juta untuk menggantikan karyawan.
Meski demikian, sampai saat ini McDonalds masih belum menggunakan robot. Justru CaliBurger yang merupakan restoran fast food yang tidaklah terlalu besar yang melakukannya.
(BACA:Apple Akan Luncurkan Fitur Sayang Anak, Orang Tua Wajib Tahu Nih!)
Robot yang diberi nama Flippy ini ditugaskan untuk membuat burger andalan dari CaliBurger. Produktivitas robot ini bahkan bisa lebih dari dua kali lipatnya manusia. Bahkan Flippy yang dimodifikasi bisa tiga kali lipat lebih efektif dan efisien daripada karyawan manusia.
Rencananya di akhir tahun 2019, semua cabang CaliBurger sudah akan menggunakan jasa Flippy.
Bukan hanya untuk pembuatan makanannya saja, robot juga digunakan untuk jasa antar makanan (delivery).
Lagi-lagi Domino's Pizza yang memulainya, dengan menggunakan teknologi drone dan GPS yang rumit untuk proses pengantarannya.
Sejak tahun 2016, Domino's Pizza bekerjasama dengan Flirtey yang merupakan perusahaan pembuat drone. Kerjasama keduanya mencatat sejarah dengan keberhasilannya dalam mengantar makanan lewat drone yang diterbangkan di Selandia Baru.
(BACA:Inilah Deretan Smartwatch Paling Direkomendasikian Tahun 2018)
Keberhasilan tersebut membuat Domino's Pizza berencana untuk membuat pasukan robot dengan roda untuk mengantarkan makanan secara otomatis ke pemesan yang memesan makanan lewat aplikasi dalam radius 3 km dari gerainya. Rencananya akhir 2018 ini mereka akan mulai beroperasi di Eropa.
Bukan hanya robot, kios otomatis juga menggusur manusia
Jika robot terdengar masih terlalu futuristik untuk di Indonesia, tapi kios otomatis mungkin akan segera kita lihat dalam waktu dekat.
Kios otomatis adalah sebuah alat tanpa operator yang dapat menerima pesanan. Baik secara online ataupun langsung di gerai. Mirip dengan fungsi vending machine yang menjual minuman, alat ini juga dapat menerima order dan memberikan makanan pesanan dari dalam mesin tersebut.
Wendy's dan McDonalds termasuk salah satu yang paling serius mengembangkan kios otomatis demi mengurangi antrian dan biaya operasional di tiap gerai.
(BACA:iPhone Memang Mahal, Tapi Ini 6 Kelebihannya Dibanding Android)
McDonalds malah berencana untuk memasang kios otomatis di 20.000 gerainya di seluruh dunia, sedangkan Wendys akan memasangnya di 1000 gerainya.
Meskipun harga per kios otomatis masih tergolong mahal, yaitu sekitar 200 juta rupiah per mesin.
Namun, keseriusan McDonalds dan Wendy's bukan hanya demi mengurangi biaya operasional, melainkan juga demi mengumpulkan BIG Data yang didapat dari masing-masing konsumer.
Karena kios otomatis yang dikembangkan mereka itu dapat mengolah BIG data dan menggunakan machine learning untuk memberikan layanan maksimal ke konsumer.
Misalnya pada hari yang panas, kios otomatis ini akan otomatis menawarkan minuman dingin dan makanan yang cocok untuk cuaca tersebut, semua sesuai dengan preferensi pribadi si pemesan.
Masih banyak potensi lain yang dapat dilakukan oleh otomatisasi tersebut.
Lalu, apakah kita terancam dengan adanya robot?
Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya teknologi maka banyak pekerjaan yang dapat tergantikan dengan robot. Bukan hanya pada industri fast food saja.
Sebagai contoh, kios otomatis saja sudah dapat menggantikan peran kasir dan server. Begitupun dengan robot drone yang dapat menggantikan petugas delivery.
(BACA:Ingin Replika iPhone X Cuma Seharga Rp 4 Juta? Mirip Banget Loh)
Kepuasan pelanggan juga lebih diutamakan, sehingga pemesanan lewat aplikasi ataupun website dapat menggantikan fungsi operator telepon ataupun customer service.
Dengan kata lain, semua yang terancam adalah jenis pekerjaan yang bersentuhan langsung dengan pelanggan.
Meski secara matematis, biaya operasional menjadi lebih rendah dan produktivitas bisa lebih tinggi, namun sentuhan manusia masih diperlukan saat bersentuhan langsung dengan manusia lain.
Jadi, tidak serta merta robot akan menggantikan manusia dalam waktu dekat. Meskipun akan ada efisiensi dan otomatisasi dalam beberapa tempat demi mempertajam layanan restoran fast food.
Terlebih lagi, salah satu alasan utama dari otomatisasi dengan robot adalah karena upah minimum buruh yang semakin tinggi.
Jika pekerja level bawah semua digantikan oleh robot, lalu siapakah yang akan mampu berbelanja di fast food yang notabene adalah tempat belanja ekonomi menengah ke bawah?
Semua itu tentunya harus dipikirkan matang-matang sebelum diputuskan. (*)