Nextren.com - WhatsApp memang menjadi aplikasi komunikasi paling populer saat ini, dengan pengguna mencapai sekitar 1,5 miliar.
Tentu saja ada banyak calon korban yang bisa dijadikan target oleh siapapun, untuk kebutuhan apapun.
Bisa untuk kebutuhan kejahatan ekonomi, pelecehan, hingga politik.
Belakangan, isu peretasan aplikasi pengiriman pesan WhatsApp menjadi bahan perbincangan hangat.
Baca Juga: Cara Amankan Data Agar Terlindung Dari Hacker Saat Work From Home
Keramaian ini bermula dari akun WhatsApp milik aktivis Ravio Patra yang diduga diretas.
Menurut berbagai laporan, akun WhatsApp Ravio diambil alih oleh seseorang tak dikenal, lalu digunakan untuk mengirimkan pesan berantai berisi provokasi.
Lantas, bagaimana sebenarnya sebuah akun WhatsApp bisa diretas?
Praktisi keamanan siber, Alfons Tanujaya dari Vaksin.com, membeberkan cara yang kemungkinan bisa dilakukan pelaku peretasan untuk mengambil alih akun WhatsApp korban.
Baca Juga: Tips Amankan Data Pribadi di Platform Digital: Jangan Terlalu Jujur!
Pelaku akan sengaja masuk ke akun WhatsApp menggunakan nomor WhatsApp calon korban.
Setelah memasukkan nomor, WhatsApp akan mengirim kode OTP yang terdiri dari enam digit atau tautan verifikasi melalui SMS ke nomor calon korban.
Jika link verifikasi tersebut diklik, maka akun WhatsApp secara otomatis akan berpindah tangan ke pelaku peretasan.
Namun, menurut Alfons, untuk membuat calon korban mau mengklik tautan atau memberikan kode OTP tersebut tidak mudah.
Baca Juga: Cara Kirim Stiker WhatsApp Edisi Spesial Ramadan di Indonesia, Bikin Seru Suasana!
Oleh sebab itu, pelaku biasanya menggunakan beberapa teknik, salah satunya menggunakan metode rekayasa sosial.
Metode ini biasanya dilakukan pelaku dengan menipu korban, biasanya dengan iming-iming menang undian atau lainnya.
Tujuannya untuk membuat korban akhirnya mau mengetuk tautan atau menyebutkan kode OTP.
Jika cara ini tidak berhasil, kemungkinan peretas menggunakan cara kedua, yakni menyadap SMS calon korban, sehingga bisa mendapatkan kode OTP atau tautan verifikasi.
Baca Juga: Samsung Galaxy A31 Jadi HP Gaming, Pertama Pakai Chipset Mediatek
Cara menyadap SMS ini biasanya menggunakan aplikasi pihak ketiga bernama SMS Forwarder.
Namun, menurut Alfons, ponsel korban harus terpasang aplikasi tersebut lebih dulu dan diatur, agar bisa meneruskan pesan ke nomor yang dipegang peretas.
Lewat SMS Auto Divert
Selain aplikasi, penyadapan SMS juga bisa dilakukan melalui layanan SMS Auto Divert dari operator seluler dengan menghubungi nomor USSD tertentu sesuai operator yang digunakan di ponsel korban.
Setelah layanan ini aktif, SMS akan diteruskan ke nomor yang dikuasai pelaku.
Baca Juga: 5 Perubahan Kebiasaan Pengguna Grab Selama Pandemi, Belanja Online!
Jika SMS berhasil didapatkan, maka pelaku bisa dengan mudah memasukkan kode OTP atau mengklik tautan verifikasi yang kemudian menguasai akun WhatsApp korban.
Cara-cara tersebut dijelaskan Alfons melalui unggahan IGTV terbarunya di Instagram.
Dalam unggahannya, Alfons mengimbau agar pengguna WhatsApp lebih berhati-hati.
"Jangan sampai menyetujui pengalihan akun WhatsApp jika menerima SMS," kata Alfons.
Baca Juga: Bantah Tuduhan Mata-Mata Tiongkok, CEO Zoom Perjelas Posisi Perusahaan
Ia juga menyarankan agar pengguna WhatsApp mengecek apakah ada aplikasi SMS Forwarder atau layanan SMS Divert terpasang di ponselnya.
Tidak ada salahnya untuk segera menghapus aplikasi tersebut jika diketahui terpasang di ponsel.
Layanan Auto Divert juga bisa dinonaktifkan dengan menghubungi nomor USSD yang sama, lalu pilih opsi "Berhenti".
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana WhatsApp Bisa Kena Hack?"Penulis : Wahyunanda Kusuma Pertiwi