GoPro Mem-PHK 200 Karyawan, Teknologi Kamera Dijual ke Vendor Lain

Sabtu, 18 April 2020 | 17:54

GoPro HERO

Nextren.com - Pandemi Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 200 negara, tak sedikit ekonomi perusahaan yang terdampak oleh wabah akibat virus corona tersebut.
Salah satunya adalah perusahaan kamera aksi, GoPro.
Untuk memepertahankan bisnisnya di tengah pandemo Covid-19 ini, GoPro mengumumkan memangkas karyawan dan mengubah model bisnisnya di sejumlah wilayah.
Perusahaan asal California AS itu dikabarkan telah memangkas jumlah karyawannya saat ini sebanyak 20 persen.
Sebelumnya, pada 2016 lalu GoPro telah mengurangi 1.500 karyawan menjadi kurang dari 1.000.
Baca Juga: Aplikasi PeduliLindungi Tembus 1 Juta Pengguna, Peringatkan Jika Ada Pasien Positif Covid-19 di Sekitarnya
Dalam keterangan resminya baru-baru ini, dikutip KompasTekno dari MarketWatch, Sabtu (18/4/2020), GoPro kembali memangkas sekitar 200 karyawan, yang diharapkan bisa menghemat biaya operasional hingga 100 juta dollar AS.
Selain itu, GoPro juga berencana memangkas biaya opersional di luar sumber daya manusia (SDM) pada 2021 mendatang, hingga 250 juta dollar AS.
Model bisnis berubah Pendiri dan CEO GoPro, Nicholas Woodman mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memaksa GoPro untuk mulai bertransisi menerapkan gaya bisnis yang lebih efisien.
"Kami akan bertransisi menjadi bisnis direct-to consumer-centric yang lebih efisien dan lebih menguntungkan," ujar Woodman.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 14 Masalah Pemblokiran IMEI Hape BM Mulai Besok 18 April 2020
GoPro mengklaim situs resminya pada 2019 lalu menarik tujuh juta pengunjung setiap bulannya, dan lebih dari 20 persen pendapatannya berasal dari pasar utama GoPro di Eropa, serta 20 persen dari Amerika Serikat.
Ke depannya, GoPro tetap akan berjualan melalui distributor, namun hanya di wilayah yang karakter konsumennya lebih suka melakukan pembelian secara offline, atau secara tidak langsung.
Metode penjualan secara langsung (tanpa distributor) akan dipakai di negara-negara dimana situs GoPro.com sudah mampu menarik pasar yang besar.
Untuk memimpin pola bisnis barunya ini, GoPro menunjuk Aimee Lapic sebagai Chief Digital Officer GoPro.
Sebelumnya, Lapic menjabat sebagai Chief Marketing Officer di perusahaan pencarian musik dan podcast, Pandora.
Baca Juga: 5 Film Terpopuler di Situs Nonton Film Pengganti IndoXXI, Ada Pemenang Oscar
Bisnis Seret, Teknologi Kamera Dijual ke Vendor Lain
Sebelumnya, GoPro mengumumkan kesepakatan dengan perusahaan manufaktur, Jabil untuk menggunakan produk teknologi kamera GoPro, termasuk sensor kamera dan lensa pabrikannya.
Dengan kesepakatan ini, Jabil akan menggunakan lisensi desain GoPro dan properti intelektualnya untuk digunakan pada perangkat pihak ketiga.
Namun, lisensi tersebut tidak mengizinkan produk pihak ketiga menyaingi produk kamera aksi milik GoPro, karena cakupan lisensi hanya sebatas produk yang tidak bersaing dengan GoPro.
Baca Juga: Biaya Perawatan Pasien Covid-19, Bisa Habiskan Rp 231 juta per Orang
Ini pertama kalinya GoPro mengijinkan manufaktur lain untuk menggunakan komponen produk teknologinya.
Kesepakatan ini bukan hal baru. Kedua perusahaan ini telah bekerja sama sejak GoPro Hero4 yang rilis 2014.
Jabil sendiri merupakan perusahaan manufaktur yang berbasis di Amerika Serikat.
Perusahaan ini mengklaim telah mengoperasikan 90 pabrik di lebih dari 23 negara.
Ihwal finansial di kesepakatan terbaru ini tidak ikut diumumkan.
Baca Juga: Ilmuwan Israel Klaim Segera Dapatkan Vaksin Corona Beberapa Minggu Lagi
Menurut Chief Technology Officer GoPro, Sandor Barna, ini merupakan kesempatan untuk membuktikan kualitas lensa dan sensor gambar GoPro di pasar kamera video conference, robotika, dan mobil otonomos.
Nampaknya, GoPro telah siap berekspansi dari pasar kamera aksi, serta pengaruh label tersebut, menuju ke segmen lain.
Kesepakatan ini juga memberikan lisensi berbagai produk dan layanan GoPro, termasuk digital imaging dan consumer products.
Baca Juga: Cara Hindari Penyusup di Zoom Seperti Dialami Dewan TIK Nasional
GoPro memang sedang mengalami pergolakan penjualan, bahkan nilai saham mereka berada di titik yang paling rendah, yakni kurang dari 5 dollar AS (Rp 69.000) per lembar.
Awal tahun ini pun, GoPro mengumumkan penghapusan divisi drone Karma dari perusahaanya.
Bahkan setelah mereka menelurkan produk kamera aksi terbaiknya, keuntungan mereka tetap saja tak sebanding.
Adanya kesepakatan lisensi, setidaknya cukup membantu GoPro tetap berpijak di industri teknologi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "GoPro Mem-PHK 200 Karyawan, Model Bisnis Berubah"
Penulis : Putri Zakia Salsabila

Tag

Editor : Wahyu Subyanto