Nextren.com - Praktik pemalsuan akun Gojek atau "Gojek tuyul" pernah terjadi di Solo, Jawa Tengah.
Aplikasi Gojek tuyul pernah marak terjadi di "Kota Bengawan" sekitar tahun 2017-2018.
Keberadaan aplikasi pasang titik ini sangat merugikan perusahaan, apalagi bagi mitra Gojek lainnya.
"Maraknya itu (Gojek tuyul) antara tahun 2017-2018. Pastinya sangat merugikan," kata pembina basecamp Merak Gojek Terminal Tirtanadi Solo, Awan Suryadi (42), ditemui Kompas.com di basecamp kawasan Terminal Tirtanadi Solo, Jateng, Jumat (28/2/2020).
Aplikasi Gojek tuyul bisa digunakan dari jarak sekitar 1 kilometer dan dipusatkan dalam satu titik.
Pengguna aplikasi ini biasanya jarang berkumpul bersama driver Gojek lainnya dan cepat mendapat order.
Mereka juga mencari tempat yang lebih aman atau jauh dari driver Gojek yang biasa mangkal.
Hal ini untuk menjalankan praktik nakalnya supaya tidak diketahui driver Gojek lainnya.
"Dia di rumah pasang titik (Gojek tuyul) di situ dia yang dapat orderan. Teman-teman yang nongkrong di situ tidak dapat orderan. Kan kasihan," ungkap dia.
Biasanya. pengguna Gojek tuyul hanya untuk mengejar bonus.
Mereka menggunakan banyak nomor untuk memuluskan aksinya.
Menurut Awan, maraknya aplikasi Gojek tuyul tersebut karena pengaruh bonus.
Pasalnya, jika tutup poin atau mencapai 20 poin, bonus yang diterima bisa mencapai Rp 85.000.
"Teman-teman sudah dibelain keluar dari rumah, meninggalkan keluarga, ngetem kalau ada driver yang pasang titik di situ otomatis kena dia dulu karena HP-nya di-root," tutur Awan.
Penggunaan aplikasi Gojek tuyul tidak selamanya mulus.
Baca Juga: Enco Free, True Wireless Headphone Pertama OPPO di Indonesia Pasangan Mantap untuk Find X2
Jika sampai perusahaan mengetahui, maka pengguna aplikasi tersebut dapat sanksi berupa pemutusan mitra kerja atau terkena suspend (blokir).
"Ada sanksi. Kalau ketahuan kantor bisa kena suspend. Kalau ketahuan sama teman-teman bisa dibawa ke kantor," ujar dia.
Awan menekankan kepada anggota driver Gojek yang tergabung dalam basecamp Merak untuk tidak menggunakan maupun memakai aplikasi Gojek tuyul.
"Anggota kita ada 70 orang. Kita tekankan kepada mereka untuk menghargai keringat sendiri. Kerja yang halal. Tidak menggunakan aplikasi pasang titik," ungkap Awan.
Ketua basecamp Merak Gojek Terminal Tirtanadi Solo, Novi Sindu Jatmiko (42), menambahkan, driver Gojek yang memakai aplikasi pasang titik sudah berkurang banyak.
Sebab, sistem order sekarang mengacak.
Driver Gojek nakal yang memakai aplikasi ini bisanya memanfaatkan tempat yang ramai.
Seperti restauran, terminal, dan stasiun.
Tempat tersebut potensi untuk dimanfaatkan mereka.
"Kalau aplikasi tuyul itu yang terdekat mungkin bisa. Karena yang terdekat dia, dia yang dapat. Biasanya dia pasang titiknya di tempat ramai," ungkap Novi.
"Biasanya Gojek tuyul itu pasangnya pas di tengah titik. Jadi tidak di pinggir lokasi keramaian," terang Novi menambahkan.
Baca Juga: Polisi Tangkap Pelaku Order Fiktif di Surabaya, Punya 8.850 Nomor Telepon Aktif dan 41 Akun Gojek
Menurut dia, aplikasi Gojek tuyul ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan menggunakan aplikasi ini cepat mendapatkan order.
"Tapi, biasanya dia mengambilnya agak jauh. Jarak satu kilometer dia bisa pasang titik."
"Dia punya kerugian harus jalan jauh dulu baru ngambil titik. Tapi dia cepat mengambil orderan.
"Sebenarnya itu permainan GPS-nya," tutur dia.
Sebagaimana diketahui, kejadian Gojek tuyul itu sempat marak di Surabaya, Jawa Timur.
Baca Juga: Kamera Mirrorless Fujifilm XT-4 Resmi Hadir, Layar Bisa Menghadap Depan Cocok Buat Ngevlog
Pelaku berinisial MF ini ditangkap pihak Polda Jatim karena menjalankan praktik pemalsuan akun Gojek atau "Gojek tuyul".
Melansir Antara, MF bisa meraup keuntungan sekitar Rp 400 juta melalui bonus transaksi fiktif tersebut.
MF memiliki 8.850 nomor ponsel.
Polisi juga menyita sebanyak 40 ponsel dari tangan pelaku.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Driver Online Raup Bonus Rp 400 Juta dari "Gojek Tuyul", Bagaimana Kecurangan Ini Dilakukan?" Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani