Maraknya Startup Ternyata Berpotensi Timbulkan Bubble Ekonomi, Apa Itu?

Rabu, 27 November 2019 | 14:00
The Next Web

Ilustrasi perusahaan rintisan atau startup

Laporan Wartawan Nextren, Wahyu Prihastomo

Nextren -Beberapa tahun belakangan ini perusahaan rintisan alias startup sepertinya makin menjamur di Indonesia.

Sesuai namanya, startup umumnya masih ada di fase pengembangan dan penelitian dengan tujuan akhir menemukan pasar yang tepat.

Sayangnya tidak sedikit startup yang terpaksa gulung tikar sebelum tujuan ini tercapai.

Baca Juga: Inilah 3 Pemenang NTT Startup Challenge 2019: Nodeflux, Modal Rakyat dan Awan Tunai

Kegagalan tujuan ekonomi inilah yang kemudian berpotensi menimbulkan bubble (gelembung) ekonomi.

Dilansir dari Kompas.com, fenomena bubble ekonomi di Indonesia sudah mulai terlihat ciri-cirinya.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Optimis Research and Consulting (GORC), Frans Meroga Panggabean.

Baca Juga: Upaya Startup Wahyoo Digitalkan 12 Ribu Warteg dan Pedagang Kaki Lima

"Dalam pandangan saya fenomena gelembung spekulatif dalam bisnis startup ini mulai muncul. Tinggal tunggu gelembungnya meletus," katanya.

Dikutip dari The Wall Street journal, bubble ekonomi adalah keadaan memperdagangkan produk atau aset dengan harga yang lebih tinggi dari nilai dasarnya.

Hal semacam ini yang jadi dasar berdirinya banyak startup digital di dunia, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Grup Salim Incar Startup Pemula Hingga Senilai Rp 14 Miliar, Tapi Bukan yang Bakar Uang

Jumlah kegagalan juga dari fenomena ini juga banyak ditemukan.

Sebagai contoh, sebuah startup yang bergerak di jasa sewa properti bernama WeWork baru saja mengalami gelaja kegagalan ini.

WeWork terpaksa mengurangi jumlah karyawan hingga 2.400 orang untuk menutup biaya pengeluaran yang cukup besar.

Baca Juga: Rudiantara: Tingkat Kesuksesan Startup Hanya 5 Persen, Ini Penyebabnya

Jumlah itu setara dengan 19 persen dari total tenaga kerja milik WeWork.

New York Times mencatat kerugian yang dialami WeWork mencapai $1,25 miliar.

Parahnya lagi, startup ini sudah bergelar Decacorn dengan jaminan bantuan dana yang super besar.

Para investor seperti Softbank Group dan Uber juga menyatakan rugi sampai Rp 100 triliun akibat kegagalan We Work ini.

Baca Juga: NTT Startup Challenge 2019 Indonesia Segera Masuk ke Tahap Final, Hadiahnya Ratusan Juta

Frans juga memprediksi bisnis digital di era industri 4.0 akan jatuh satu persatu.

“Bahkan Forbes pernah merilis angka kegagalan dalam bisnis startup itu mencapai 90 persen,” ujar dia.

Fenomena bubble ekonomi ini akan terus muncul seiring dengan menggiurkannya bisnis startup, terutama di bidang digital. (*)

Baca Juga: Menkominfo Johnny G. Plate Berharap Ada Startup Hectocorn di Indonesia

Tag

Editor : Wahyu Subyanto