Riset: Situs Belanja Online Bisa Bikin Kita Boros Ternyata Memang Disengaja

Jumat, 28 Juni 2019 | 18:12
refeed

ilustrasi belanja online

Nextren.com - Situs belanja onlin telah mengubah cara kita menghabiskan uang.

Dengan klik sana sini, dnegan mudahnya kti aberbelanja sesuatu barang, bahkan yang mungkin tidak kita butuhkan.

Apalagi situs belanja besar seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada dan lainnya, berlomba menawarkan promo, diskon, cashback, dan beragam tawaran menggoda lain.

Namun pernahkah Anda merasa menyesal telah membeli barang-barang yang sebetulnya tidak Anda butuhkan di internet?

Baca Juga: Tokopedia & BukaLapak Masuk 5 Besar Aplikasi Belanja Terlaris di ASEAN

Menurut studi yang baru saja dirilis, keborosan tersebut mungkin bukan salah Anda sendiri, tetapi situs belanja yang telah memanipulasi Anda.

Sebuah studi yang baru saja dirilis oleh para peneliti Princeton University menemukan bahwa ada banyak situs belanja yang menggunakan teknik “dark pattern” (pola gelap).

Teknik ini bertujuan untuk memaksa Anda membuat keputusan buruk dan membeli barang-barang yang tidak Anda butuhkan.

Gunes Acar, peneliti Princeton yang membantu studi, mengatakan kepada Business Insider, Selasa (25/6/2019), menunjukkan penghitung waktu dan menulis bahwa 'Anda Cuma punya waktu lima menit', hal ini menimbulkan rasa kedaruratan yang paling tidak bisa dipertanyakan.

Baca Juga: Data Tren Belanja 2019, Pria Lebih Banyak Nyicil dibanding Wanita

Untuk menyelidiki hal ini, Acar dan koleganya membuat sebuah alat untuk menjelajahi 10.000 situs e-commerce.

Dari 10.000 situs tersebut, lebih dari 1.200 di antaranya ditemukan menggunakan dark pattern yang berbasis teks.

Perlu dicatat bahwa jumlah situs para peneliti temukan masih jauh di bawah angka sebenarnya.

Pasalnya, studi hanya berfokus pada teks dan situs-situs ritel, sementara desain-desain yang manipulatif dan situs lain, seperti situs travel dan sosial media, belum dipertimbangkan.

Baca Juga: Instagram Berikan Fitur Baru, Kini Belanja jadi Semakin Mudah!

Para peneliti kemudian mengategorikan teknik-teknik yang digunakan menjadi 15 tipe, misalnya membuat pembeli kesulitan membatalkan pembelian, mempermalukan pembeli ketika mereka ingin meninggalkan situs (seperti mengganti tombol pembatalan menjadi “Tidak terima kasih, saya tidak suka makanan enak”) dan membuat testimoni palsu.

Lebih jauh, ketika The New York Times mencoba untuk mereplikasi hasil studi; mereka menemukan bahwa beberapa situs bahkan sengaja membuat produk yang Anda lihat seakan-akan dibeli oleh orang lain.

Keberadaan pembeli palsu ini, tulis The New York Times, Senin (24/6/2019), diciptakan untuk membuat tekanan sosial yang akan memaksa Anda ikut membeli.

Baca Juga: Fits.ID, Tempat Berbelanja Yang Pas Untuk Kebutuhan Hidup Sehat

Kepada The New York Times, Arvind Narayanan selaku profesor sains komputer di Princeton dan penulis studi mengakui, bahwa pesan-pesan yang menunjukkan bahwa suatu barang sedang diburu oleh banyak orang tersebut bisa jadi tidak termasuk dark pattern bila memang benar adanya.

Namun, itu pun merupakan upaya untuk memanipulasi kelemahan konsumen.

“Kami tidak mengklaim bahwa semua yang kami kategorikan dalam laporan harus menjadi perhatian pembuat kebijakan pemerintah."

Baca Juga: Survey 5 Kota Besar Indonesia: Masyarakat Habiskan Rp 1,2 Juta Selama Ramadhan untuk Belanja Online

"Tapi seharusnya ada transparansi mengenainya sehingga orang-orang yang belanja online sadar bagaimana perilaku mereka diarahkan,” ujarnya.

Jadi masih mau sering-sering sering cuci mata di situs belanja online?

Awas saldo rekening bisa cepat tipis ya!

(Shierine Wangsa Wibawa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Begini Cara "Gelap" Situs Belanja Online Memanipulasi Anda Jadi Boros"

Editor : Wahyu Subyanto

Baca Lainnya