Follow Us

facebookyoutube_channeltwitter

Dijejali 1,4 Juta Catatan Medis, AI Kalahkan Dokter Yunior Dalam Diagnosa Penyakit

Wahyu Subyanto - Rabu, 13 Februari 2019 | 13:42
 Jepang Gunakan Teknologi AI untuk Identifikasi Sel Kanker

Jepang Gunakan Teknologi AI untuk Identifikasi Sel Kanker

Nextren.com - Buat kamu yang suka mengikuti perkembangan berita teknologi, tentu sudah tahu bahwa saat ini Artificial Intelegence (AI) sudah makin canggih.Bahkan teknologi AI sudah merambah di segala bidang, termasuk menjadi presenter berita, pemain game profesional, dan yang terbaru adalah menjadi dokter.Baru-baru ini, sebuah penelitian mengungkap bahwa seorang robot dokter AI bahkan dapat mengenali gejala-gejala penyakit anak-anak lebih akurat daripada banyak petugas medis manusia.Di China, sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) dimasukkan dengan informasi dari lebih dari 1,4 juta catatan medis.

Baca Juga : Pemerintah China Terapkan AI Canggih untuk Deteksi Korupsi, Tapi Dianggap Terlalu KuatSistem AI ini lalu memakai data ini untuk mendiagnosis semua penyakit, mulai dari flu dan gastroenteritis, hingga meningitis bakteri.Hebatnya, pada beberapa kasus diagnosa sistem AI itu memiliki akurasi lebih dari 90 persen.Saat diuji, sistem AI ini berkinerja lebih baik daripada dokter junior, tetapi tidak dapat diandalkan seperti petugas medis yang lebih berpengalaman.Para peneliti percaya, AI bisa membantu memilah pasien di rumah sakit sesuai dengan tingkat keparahannya, serta meningkatkan diagnosis pada kondisi yang kompleks dan langka.

Baca Juga : Peneliti Temukan Bahan Yang Bisa Memperkuat Diri, Makin Lama Dipakai Malah Makin Kuat

Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Kedokteran Guangzhou di Cina dan dipimpin oleh Dr Kang Zhang, profesor oftalmologi dan genetika."Penelitian kami membuktikan konsep untuk menerapkan sistem berbasis AI sebagai sarana untuk membantu dokter dalam menangani sejumlah besar data, menambah evaluasi diagnostik, dan untuk memberikan dukungan keputusan klinis dalam kasus ketidakpastian atau kompleksitas diagnostik," kata Dr Zhang, seperti dilansir dari DailyMail (11/2/2019).Untuk 'melatih' model AI kedokteran ini, para ilmuwan memberi masukan pada catatan kesehatan elektronik dari 1.362.559 kunjungan rawat jalan ke Pusat Medis Wanita dan Anak-Anak Guangzhou, sebuah rumah sakit pemerintah utama di Cina.Catatan tersebut mencakup pasien anak-anak dan remaja dari Januari 2016 hingga Juli 2017.

Baca Juga : Peneliti Kembangkan Kayu Besi, Sekuat Titanium Dan 5 Kali Lebih RinganSecara total, ada 101,6 juta data yang dipakai 'melatih' program, sehingga memungkinkan model AI tersebut 'untuk meniru alasan klinis dokter manusia'.Kata dan frasa tertentu - termasuk data seperti suhu pasien - juga dimasukkan ke dalam sistem AI. Maka, program AI akan mengidentifikasi kata kunci seperti 'sakit perut' dan 'muntah' sebagai gejala gastroenteritis.Ketika diuji terhadap 20 dokter, sistem AI membuat diagnosis lebih akurat daripada petugas medis junior.Meskipun hasilnya terdengar menjanjikan, namun para ahli skeptis dan bersikeras bahwa AI tidak akan pernah menggantikan dokter manusia.

Baca Juga : Otak Perempuan Lebih Muda Dibanding Pria Umur Yang Sama, Temuan Baru Peneliti

Profesor Duc Pham, dari departemen teknik mesin di University of Birmingham, mengatakan penelitian ini merupakan 'aplikasi pembelajaran mendalam yang sangat baik'.Tetapi, ia menambahkan, sistem seperti itu tidak dapat menjamin 100 persen hasil yang benar, tidak peduli berapa banyak pelatihan yang telah mereka terima."Meskipun hasil penulis menunjukkan bahwa rata-rata sistem mereka berkinerja lebih baik daripada dokter junior, itu tidak akan menggantikan dokter," kata Profesor Pham."Penilaian atau keputusan kritis harus selalu diserahkan kepada dokter manusia yang berkualitas," tambahnya.

Baca Juga : Peneliti Berhasil Kembangkan Pengobatan Untuk Atasi Diabetes Tipe 1Dr Paul Tiffin - seorang pengamat epidemiologi psikometrik di University of York - menambahkan, "Para peneliti telah menunjukkan potensi pembelajaran mesin AI untuk membantu mendukung diagnosis cepat penyakit pada anak-anak"."Namun, perlu ditekankan bahwa sistem pembelajaran mesin yang digunakan, masih mengandalkan kualitas rekaman gejala dan temuan lain oleh dokter.""Jadi, tenaga kesehatan manusia tidak mungkin memakainya (sistem AI ini) secara berlebihan dalam waktu dekat."

Baca Juga : Penelitian Terbaru AI Tunjukkan Kemampuannya Untuk Kenali Dunia

AI akan Membuat Dokter KetinggalanSeorang ilmuwan memperingatkan, bahwa AI pada akhirnya akan membuat dokter menjadi 'usang' atau ketinggalan.Kecerdasan buatan memiliki 'kapasitas hampir tak terbatas' untuk mendiagnosis penyakit dan melakukan operasi lebih akurat daripada petugas medis, menurut Dr Jörg Goldhahn.Dr Goldhahn - dari ETH Zurich - juga berpendapat robot dapat membantu mengatasi kekurangan dana perawatan kesehatan karena mereka lebih murah untuk disewa dan dilatih daripada manusia.

Baca Juga : Peneliti Kembangkan AI Canggih Terjemahkan Sinyal Otak Jadi UcapanTetapi, meski Dr Vanessa Rampton mengakui AI mungkin merupakan bantuan yang berguna bagi petugas medis, dia berpendapat bahwa AI tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan perawatan kesehatan manusia."Komputer tidak dapat merawat pasien, dalam arti menunjukkan pengabdian atau kepedulian terhadap orang lain sebagai manusia, karena mereka bukan manusia dan tidak peduli tentang apa pun," kata Dr Rampton - dari McGill University - pada November lalu. (*)

Editor : Nextren

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x